Putusnya kabel optik milik Telkom di bawah laut berimbas pada aktivitas pemerintah daerah dan masyarakat Merauke yang berjalan tidak maksimal.
Jumrah (27), pedagang online di Merauke mengaku terpaksa keluar rumah hingga larut malam untuk mencari jaringan internet.
"Selama jaringan rusak hampir satu minggu ini, saya sering keluar rumah sampai tengah malam hanya untuk cari jaringan internet,” keluh Jumrah saat ditemui di depan monumen kapsul Waktu, Kamis (21/9/2023).
“Ditambah lagi cicilan saya harus saya bayar setiap minggu, jujur saya pusing mikirnya," sambung Jumrah.
Ia mengaku sampai tengah malam di pinggir jalan untuk mendapatkan jaringan internet agar bisa menjual dagangannya secara online.
Baca juga: Kebakaran di Kampung Wogekel Merauke, Rumah Warga dan Pos TNI-Polri Hangus
"Biasa sampe jam 11:00 WIT, itu sudah mulai banyak orang mabuk, daripada saya kenapa-kenapa, saya harus pulang, besoknya lanjut cari jaringan lagi," ungkapnya.
Hal yang sama juga dikeluhkan Samuel (30), tukang ojek online di Merauke. Rusaknya jaringan internet berdampak pada pendapatannya yang menurun.
"Beberapa hari ini semenjak jaringan rusak, pendapatan saya menurun sekali. Biasanya sehari bisa dapat Rp 250.000 dengan kondisi jaringan seperti ini, pendapatan tidak jelas," kata dia.
“Jaringan rusak begini yang diandalkan hanya modal telepon biasa saja, sehari cuma dapat 100.000, itupun tidak tiap hari dapat," pungkasnya.
General Manager PT Telkom Witel Papua, Agus Widhiarsana mengatakan, gangguan jaringan internet ruas Merauke-Timika merupakan murni force majeure dan bukan faktor kesengajaan.
Hal ini dikatakan Agus dalam keterangan tertulisnya kepada Tribun-Papua.com, Kamis (21/9/2023).
Ia megatakan gangguan internet tersebut disebabkan terjadinya indikasi luka pada jaringan kabel laut yang mengakibatkan terganggunya atau tidak optimalnya fungsi SKKL.
“Kami hanya dapat identifikasi setelah kabel yang mangalami gangguan ditemukan di lokasi terjadinya yang diperkirakan di 300Km arah Timika pada kedalaman 50 meter,” kata Agus.
Ia menjelaskan shunt fault (luka pada kabel laut) bisa disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya karena faktor alam seperti terjadinya gempa, vulkanology, longsoran bawah laut, bocoran uap panas dan juga akibat aktivitas kegiatan pelayaran laut.
“Kamis (Telkom) telah melaksanakan langkah mitigasi dengan menggunakan backup link Palapa Ring Timur dan satelit dengan mengupayakan penambahan kapasitas bandwidth satelit, namun karena kapasitas masih cukup terbatas, sementara ini kualitas layanan TelkomGroup terjadi penurunan,” ujarnya.