Kehamilannya kali ini, bagi Baeti, seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, dia bersyukur atas anugerah Tuhan pada keluarganya. Tapi di sisi lain, Baeti gelisah membayangkan besarnya biaya persalinan jika kelak terpaksa menjalani operasi.
Bagaimana tidak, untuk melakukan bedah caesar, Baeti harus menyiapkan tabungan hingga belasan juta rupiah. Padahal ekonomi keluarganya saat ini masihlah meraba-raba. Karena sepulangnya dari Ibu Kota, suami Baeti praktis hanya bekerja sebagai buruh proyek dengan penghasilan yang tak pasti.
“Dulu waktu suami masih kerja di pabrik pernah punya kartu BPJS Kesehatan, tapi sejak kena PHK sudah tidak aktif lagi, jadi sejak itu selalu pakai pasien umum,” katanya.
Baca juga: Pesantren Tebuireng Punya RS untuk Warga Miskin Tak Tertangani BPJS
Atas panduan dari bidan, pada Februari 2023, Baeti dan suami mulai mengurus berkas pengajuan aktivasi ulang kepesertaan mereka di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Kesehatan.
Berbekal surat keterangan dokter dari Puskesman dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa, mereka mengajukan diri sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kartu Indonesia Sehat (KIS) ke Dinas Sosial Kabupaten Purbalingga.
“Kebetulan nama saya sudah masuk ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kemensos. Alhamdulillah, pengajuan saya diterima dan sudah aktif dua bulan sebelum persalinan,” ujarnya.
Dengan asuransi di tangan, Baeti sudah tidak was-was lagi akan biaya persalinan. Sebab, peserta JKN-KIS PBI seperti dia akan mendapat subsidi penuh dari pemerintah untuk iur biaya tiap bulan.
Bahkan, saat KIS barunya aktif kembali, Baeti langsung memanfaatkannya untuk pemeriksaan ultrasonografi (USG), cek laboratorium, dan kontrol rutin trimester akhir dengan cuma-cuma.
“Sejak punya KIS rasanya tenang, sudah tidak ketar-ketir bayar ini berapa, bayar itu berapa, semuanya gratis,” ungkapnya.
Waktu yang didamba
Akhirnya, harinya yang ditunggu-tunggu pun tiba. 19 Juli 2023 adalah hari perkiraan lahir (HPL). Di hari itu, suami Baeti absen kerja, kendaraan tetangga pun siap siaga mengantar jika sewaktu-waktu Baeti mengalami kontraksi.
Siang berganti malam, tapi tanda-tanda yang dinanti tak kunjung terjadi. Keesokan paginya, Baeti langsung berkonsultasi ke Puskesmas dan mendapat rujukan ke Rumah Sakit Harapan Ibu (RSHI) Purbalingga.
“Katanya, saya mengalami serotinus atau kehamilan lewat waktu, jadi siangnya langsung dirujuk ke RSHI,” ujarnya.
Sabtu (22/7/2023) siang, Baeti diminta rawat inap. Anehnya, walau sempat diinduksi, hingga lewat hari, kandungannya masih tetap bergeming.
Karena cairan ketuban mulai berkurang dan membahayakan keselamatan bayi, pada Minggu (23/7/2023) pagi, dokter memutuskan tindakan bedah caesar untuk persalinan Baeti.