Salin Artikel

"Nak, Negara Sudah Menjamin Kesehatanmu, Bahkan sejak dalam Kandungan"

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Baeti (24) tak dapat menahan haru ketika berjumpa putri bungsunya untuk kali pertama. Setelah sembilan bulan berjuang dalam kandungan, akhirnya sang buah hati dapat lahir dengan selamat, tepat pukul 07.12 WIB, Minggu (23/7/2023).

Roman muka Baeti begitu bahagia tatkala mendekap malaikat kecil itu dalam buaiannya. Luka perih pascaoperasi tak lagi ia rasa. Bibir kering yang sedari tadi meringis menahan nyeri segera bersalin rupa dengan senyum rekah merona.

Anya Ghania, sebaris nama termanis itu telah disiapkan Baeti dan suaminya, Wahyudi, untuk putri barunya.

"Anya ini memang anak kedua, tapi rasanya (persalinan) beda banget dengan yang pertama, kali ini penuh perjuangan," kata Baeti saat berbincang dengan Kompas.com, baru-baru ini.

Di rumah mereka di Desa Majatengah, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah, Si Anya kecil tampak lahap melumat air susu ibunya. Jemari mungilnya menggenggam erat kelingking Baeti seolah tak ingin sang ibunda pergi.

Meski Anya baru lahir beberapa hari, sepasang anak-beranak ini sudah merasakan kuatnya ikatan perjuangan sedari lama.

Kisah mereka dimulai pada Oktober 2022. Saat itu, Baeti baru menyadari keberadaan benih kehidupan di dalam rahimnya.

"Sebenarnya saya dan suami belum berencana punya momongan lagi. Pertama, karena yang sulung masih usia dua tahun. Kedua, karena ekonomi keluarga belum pulih setelah pandemi," ujarnya.

Meski demikian, kehadiran janin di perut Baeti tetap disambut dengan penuh sukacita. Selang minggu, Baeti pun memeriksakan kandungannya ke bidan desa.

Namun, hasil pemeriksaan hari itu justru membuat Baeti tak dapat tidur lelap. Pikirannya berkecamuk setiap teringat perkataan bidan kepadanya.

“Dari hasil pemeriksaan berat badan dan lingkar lengan atas, saya masuk kategori Kekurangan Energi Kronis (KEK). Bahkan, di pemeriksaan selanjutnya bulan Desember, saya ketahuan punya anemia,” ujarnya.

Dua kendala medis ini membuat kehamilan Baeti memiliki risiko persalinan yang cukup tinggi, seperti perdarahan persalinan hingga janin kekurangan zat gizi dan stunting.

“Karena banyak risikonya, Bu Bidan menyarankan saya untuk menyiapkan segala hal termasuk untuk kemungkinan terburuk, yaitu tidak bisa persalinan normal,” katanya.

Jaminan kesehatan

Kehamilannya kali ini, bagi Baeti, seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, dia bersyukur atas anugerah Tuhan pada keluarganya. Tapi di sisi lain, Baeti gelisah membayangkan besarnya biaya persalinan jika kelak terpaksa menjalani operasi.

Bagaimana tidak, untuk melakukan bedah caesar, Baeti harus menyiapkan tabungan hingga belasan juta rupiah. Padahal ekonomi keluarganya saat ini masihlah meraba-raba. Karena sepulangnya dari Ibu Kota, suami Baeti praktis hanya bekerja sebagai buruh proyek dengan penghasilan yang tak pasti.

“Dulu waktu suami masih kerja di pabrik pernah punya kartu BPJS Kesehatan, tapi sejak kena PHK sudah tidak aktif lagi, jadi sejak itu selalu pakai pasien umum,” katanya.

Atas panduan dari bidan, pada Februari 2023, Baeti dan suami mulai mengurus berkas pengajuan aktivasi ulang kepesertaan mereka di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Kesehatan.

Berbekal surat keterangan dokter dari Puskesman dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa, mereka mengajukan diri sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kartu Indonesia Sehat (KIS) ke Dinas Sosial Kabupaten Purbalingga.

“Kebetulan nama saya sudah masuk ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kemensos. Alhamdulillah, pengajuan saya diterima dan sudah aktif dua bulan sebelum persalinan,” ujarnya.

Dengan asuransi di tangan, Baeti sudah tidak was-was lagi akan biaya persalinan. Sebab, peserta JKN-KIS PBI seperti dia akan mendapat subsidi penuh dari pemerintah untuk iur biaya tiap bulan.

Bahkan, saat KIS barunya aktif kembali, Baeti langsung memanfaatkannya untuk pemeriksaan ultrasonografi (USG), cek laboratorium, dan kontrol rutin trimester akhir dengan cuma-cuma.

“Sejak punya KIS rasanya tenang, sudah tidak ketar-ketir bayar ini berapa, bayar itu berapa, semuanya gratis,” ungkapnya.


Waktu yang didamba

Akhirnya, harinya yang ditunggu-tunggu pun tiba. 19 Juli 2023 adalah hari perkiraan lahir (HPL). Di hari itu, suami Baeti absen kerja, kendaraan tetangga pun siap siaga mengantar jika sewaktu-waktu Baeti mengalami kontraksi.

Siang berganti malam, tapi tanda-tanda yang dinanti tak kunjung terjadi. Keesokan paginya, Baeti langsung berkonsultasi ke Puskesmas dan mendapat rujukan ke Rumah Sakit Harapan Ibu (RSHI) Purbalingga.

“Katanya, saya mengalami serotinus atau kehamilan lewat waktu, jadi siangnya langsung dirujuk ke RSHI,” ujarnya.

Sabtu (22/7/2023) siang, Baeti diminta rawat inap. Anehnya, walau sempat diinduksi, hingga lewat hari, kandungannya masih tetap bergeming.

Karena cairan ketuban mulai berkurang dan membahayakan keselamatan bayi, pada Minggu (23/7/2023) pagi, dokter memutuskan tindakan bedah caesar untuk persalinan Baeti.

Skenario terburuk itu akhirnya benar-benar terjadi. Baeti masih ingat betul bagaimana detik-detik ia memasuki ruang operasi.

"Tapi entah kenapa saya merasa lebih tenang waktu itu, mungkin karena sudah tidak mikir biaya dan selama rawat inap suami fokus mendampingi, soalnya tidak banyak berkas BPJS yang perlu diurus,” ujarnya.

Operasi berjalan lancar dan selesai dengan singkat. Untuk kali pertama, Baeti dan Anya akhirnya dapat berjumpa, melepas rindu yang terpupuk sembilan bulan lamanya.

Potret Baeti adalah bukti nyata bahwa negara melalui BPJS Kesehatan hadir menjamin keselamatan setiap warganya.

Fasilitas kesehatan (Faskes) juga telah menunjukkan pelayanan terbaik, sehingga peserta JKN-KIS PBI seperti Baeti bisa mendapat perlakuan yang sama tanpa ada diskriminasi.

"Awalnya saya pikir kalau pakai BPJS nanti jadi dibedakan dengan pasien umum, tapi ternyata sama saja. Pelayanannya semua sama, tidak dibeda-bedakan, perawatnya juga cekatan kalau dipanggil," ucapnya.

Kisah Baeti dan putri terkasihnya tentu tidak berujung sampai di sini. BPJS Kesehatan akan terus membersamai tumbuh kembang Anya hingga kelak ia dewasa nanti.

JKN: mudah, cepat, dan setara


Dalam kondisi kegawatdaruratan, acap kali pasien tidak mempersiapkan kartu identitas fisik untuk kepentingan asuransi.

Namun, sejak BPJS Kesehatan melakukan integrasi data dengan KTP-el, registrasi pasien dapat dilakukan hanya dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK).

"Sekarang kalau berobat di Puskesmas cukup bawa KTP atau boleh hanya menyebutkan NIK di loket pendaftaran," kata Bidan Koordinator Puskesmas Kemangkon, Purbalingga, Imroatul Falah.

Asalkan status JKN-KIS aktif, pasien bisa langsung mendapat manfaat pelayanan kesehatan di Faskes tingkat pertama yang terdaftar.

Tak hanya itu, Puskesmas Kemangkon juga belum lama ini melakukan inovasi pelayanan berupa integrasi basis data kependudukan warga se-Kecamatan Kemangkon.

Jadi, ketika pasien lupa tidak membawa satu pun tanda pengenal, petugas loket dapat membantu mencari data pasien hanya dari nama dan alamat tinggal.

"Sekarang pendaftaran pasien juga bisa secara online melalui aplikasi Mobile JKN, jadi langsung dapat nomor antrean dan datang sesuai estimasi waktu tunggu,” terangnya.

Kepala Kantor BPJS Kesehatan Kabupaten Purbalingga, Agus Budi mengajak Faskes mitra untuk melaksanakan transformasi mutu layanan bagi pasien JKN-KIS.

Faskes wajib memasang poster janji layanan dan kontak pengaduan di tempat strategis agar pasien JKN-KIS mengetahui hak-haknya.

“Peserta JKN-KIS dapat menghubungi nomor aduan di poster jika menemukan diksriminasi dalam pelayanan,” ujarnya.

Selain itu, pasien juga bisa mengirimkan aduan melalui aplikasi Mobile JKN atau langsung menghubungi call center BPJS Kesehatan di nomor telepon 165.

Dengan begitu, BPJS menjamin layanan kesehatan terbaik bukan hanya untuk orang berada saja. Kaum papa seperti Baeti dan ratusan ribu warga Purbalingga lain juga memiliki hak yang sama untuk menikmati layanan kesehatan yang mudah, cepat, dan setara.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/31/160205278/nak-negara-sudah-menjamin-kesehatanmu-bahkan-sejak-dalam-kandungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke