Dicky berangkat ke Kota Gorontalo dengan baju putih pinjaman tetangganya, bahkan bagian kerahnya sudah robek. Ia tidak malu mengenakan baju ini, ia fokus pada kegiatan yang harus dijalani.
“Kami sempat bilang kerah yang robek tidak terlalu kelihatan, jadi tidak usah risau, fokus pada kegiatan yang sudah terjadwal,” tutur Nining Herawati.
Bahkan baju lain untuk ganti atau kegiatan seperti kaus lengan panjang untuk latihan merupakan bantuan dari sekolah.
Kesulitan penginapan di Kota Gorontalo teratasi, Dicky ditampung di rumah pribadi Bupati Gorontalo Utara.
“Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Gorontalo Utara bersama kami berembuk masalah ini, kami mencari jalan keluarnya. Akhirnya kami mendapat solusi untuk Dicky,” ujar Nining Herawati.
Solusi ini adalah Dicky harus tinggal di rumah pribadi bupati Gorontalo Utara saat mengikuti pembekalan selama 1 bulan.
Perjalanan dari rumah ke lokasi pun menjadi masalah, Dicky tidak memiliki kendaraan. Akhirnya ia diajarkan untuk memesan ojek online (ojol), pengeluaran yang satu ini tidak bisa dihindari.
Namun untuk mengemat pengeluaran lainnya, Nining Herawati yang mendampingi Dicky setiap hari membawakan makanan dari rumah. Ia harus memasak lebih untuk makanannya Dicky.
“Kami tidak mungkin membeli makanan terus menerus, orangtuanya juga tidak mampu, juga kami tidak ada anggaran,” tutur Nining Herawati.
Sang ibu, Nursandi Dadu bahkan merasa tidak enak dengan pendampingan untuk anaknya yang dirasakan merepotkan. Namun Nining meyakinkan ke Nursandi untuk membantu dalam doa, untuk kebaikan anaknya.
Pembekalan di tingkat provinsi Gorontalo Dicky masih menjalani seleksi fisik, kesamaptaan, dan parade. Proses ini mengantarkan Dicky di ranking 1 untuk putra, peserta putri dari Gorontalo Utara menduduki peringkat kedua.
Saat akan berangkat ke Jakarta pada Juli 2023, masalah muncul kembali. Dicky tidak memiliki baju batik, Nining membawakan baju anaknya untuk digunakan selama di Jakarta.
Kepala dinas dan staf lainnya juga berupaya membantu tanpa mengambil anggaran, semua ikhlas melakukan untuk mendukung keberangkatan Dicky ke Jakarta.
Bahkan saat mencari pakaian adat Gorontalo yang di toko harganya mencapai Rp 750.000, mereka tidak mampu membelinya.
Terpaksa mereka pinjam baju di Dinas Pariwisata. Namun baju ini masih harus dirapikan agar terlihat bagus, ada sejumlah pernik-pernik yang harus dilengkapi. Semua dilakukan saat itu juga hingga larut malam.