Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Desa Wisata Pulau Sapi, Sarang Walet bak Sarang Duit...

Kompas.com - 14/08/2023, 06:33 WIB
Robertus Belarminus,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Belajar otodidak

Herbert belajar menjadi petani walet secara otodidak. Ilmunya diperoleh dari menonton YouTube tentang petani walet yang sudah sukses.

Bentuk gedung walet di Desa Wisata Pulau Sapi umumnya serupa. Bangunannya berbentuk persegi panjang, dengan tembok yang menjulang belasan meter.

Di bagian atas tembok, dibuat lubang masuk burung, biasanya berbentuk kotak. Lalu, suara yang dapat memikat burung walet diputar melalui speaker.

"Walet akan mengintai dulu, kalau cocok dia akan masuk untuk bersarang," ujar dia.

Baca juga: Buat dan Sebarkan Meme Ida Dayak, Seorang Napi Rutan Sambas Kalbar Ditangkap

Di dalam gedung walet miliknya, Herbert membuat empat sekat. Burung walet akan membangun sarang di salah satu sekat atau lantainya.

Memelihara walet yang hidup bebas di alam ini tak perlu menyediakan pangan. Walet akan mencari makanan sendiri di luar gedung, dan hanya akan kembali untuk memberi makan anaknya.

"Makanannya itu laron, atau kumbang," kata dia.

Kotoran walet juga cuan

Bisnis walet tak hanya menjual sarangnya. Kotoran walet juga bisa 'dipanen' sebagai pupuk, yang bisa dijual.

Setiap dua bulan sekali, Herbert masuk ke gedung walet untuk membersihkan kotoran burung yang sudah halus mengering.

Sekali bersih-bersih kotoran bisa terkumpul 10 karung. Satu karung kotoran walet ukuran 50 kg dijualnya dengan harga Rp 50.000.

"Kotorannya buat pupuk, biasanya untuk pupuk buah naga. Atau, kotorannya itu buat gedung walet baru. Jadi, buat memancing burung walet mau masuk bikin sarang, gedung walet yang baru itu mesti ditaburi kotoran walet," ujar dia.

Baca juga: Tane Olen, Tanah Larangan yang Dijaga Sebagai Penebus Dosa Hilangnya Tradisi Adat Dayak Oma Lung

Sejak 2009 memulai usaha sarang walet, Herbert belum mengalami gagal panen akibat wabah penyakit. Musuh utama petani walet adalah hama.

"Hama itu ada tiga, pertama dari tikus, tokek dan burung hantu. Tapi, yang paling bahaya itu tokek, karena dia bisa menempel di dinding dan masuk ke dalam gedung walet," kata dia.

Tantangan lain dari usaha yang digeluti Herbert ini adalah kemunculan petani serupa di desa tersebut. Tapi, Herbert yakin rezeki sudah ada yang mengatur.

Apalagi, dia punya pengalaman panjang sebelum akhirnya menjadi 'juragan' sarang walet beromzet ratusan juta per tahun.

Liputan sarang burung walet di Malinau ini menjadi serial cerita di Kompas.com yang akan melakukan peliputan di Kalimantan Utara hingga 19 Agustus 2023. Tim Kompas.com dalam liputan ini dibekali apparel dari Eiger. Ikut dan simak terus cerita menarik lainnya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rem Blong, Truk Molen Tabrak Mobil dan Rumah di Ungaran

Rem Blong, Truk Molen Tabrak Mobil dan Rumah di Ungaran

Regional
Pernah Bunuh Pencuri Kambing dan Dipenjara, Muhyani Kembali Kecurian

Pernah Bunuh Pencuri Kambing dan Dipenjara, Muhyani Kembali Kecurian

Regional
431 Calon Haji Kota Tangerang Berangkat ke Tanah Suci, Pj Walkot: Utamakan Ibadah dan Jalani Sepenuh Hati

431 Calon Haji Kota Tangerang Berangkat ke Tanah Suci, Pj Walkot: Utamakan Ibadah dan Jalani Sepenuh Hati

Regional
Buntut Penyerangan di Lombok Barat, Keluarga Korban Lapor ke Polda NTB

Buntut Penyerangan di Lombok Barat, Keluarga Korban Lapor ke Polda NTB

Regional
Anak di Rohil Selamat Usai Minum Kopi Beracun Pemberian Ibu Tiri

Anak di Rohil Selamat Usai Minum Kopi Beracun Pemberian Ibu Tiri

Regional
Mendaftar ke 6 Partai, Wakil Walkot Padang Ekos Albar Maju Pilkada Padang

Mendaftar ke 6 Partai, Wakil Walkot Padang Ekos Albar Maju Pilkada Padang

Regional
Tanggapan BBKSDA Riau soal Pekerja Tewas Diterkam Harimau Sumatera

Tanggapan BBKSDA Riau soal Pekerja Tewas Diterkam Harimau Sumatera

Regional
Baru Kelas 6 SD, Bocah di Jambi Punya Tinggi 2 Meter

Baru Kelas 6 SD, Bocah di Jambi Punya Tinggi 2 Meter

Regional
Bocah SMP di Garut Saksikan Sang Ibu Dibunuh Perampok di Kamar Mandi, Tangannya Sempat Diikat

Bocah SMP di Garut Saksikan Sang Ibu Dibunuh Perampok di Kamar Mandi, Tangannya Sempat Diikat

Regional
Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam 'Paper Bag' di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam "Paper Bag" di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Regional
Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Regional
Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Regional
2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com