Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Tambang Emas di Banyumas, 8 Penambang Terkubur di Lubang Galian Sedalam Puluhan Meter

Kompas.com - 04/08/2023, 06:15 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Operasi penyelamatan 8 pekerja yang terjebak di lubang galian tambang emas di Grumbul Tajur, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, resmi ditutup, Selasa (1/8/2023).

Kedelapan pekerja asal Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini dinyatakan hilang. Mereka terkubur untuk selamanya di dalam lubang dengan kedalaman puluhan meter yang dipenuhi air.

Sebagai penghormatan terakhir, keluarga korban dan relawan yang terlibat dalam operasi ini menggelar shalat gaib dan tabur bunga di lubang galian.

Nama mereka pun diabadikan dalam sebuah prasasti yang dipasang di sekitar lubang. Prasasti ini sekaligus sebagai pengingat akan bahayanya kegiatan tambang emas tersebut.

Kronologi

Awalnya, aktivitas tambang berjalan seperti biasa. Dua kelompok penambang mulai masuk ke lubang Dondong dan lubang Bogor pada waktu yang hampir bersamaan, Selasa (25/7/2023) sekitar pukul 20.00 WIB.

Mulut kedua lubang atau sumur tambang ini jaraknya hanya sekitar 15 meter. Masing-masing lubang tertutup oleh gubuk kayu yang dibangun di atasnya.

Baca juga: Kisah Mereka yang Berjibaku dalam Operasi SAR 8 Penambang Emas Terjebak di Lubang

Dua jam berselang, kelompok lubang Dondong dikagetkan dengan kebocoran air pada kedalaman 20 meter. Mereka bergegas naik dan mengabarkan operator lubang Bogor yang berada di atas.

Namun, saat kembali ke dalam untuk menambal kebocoran, lubang sudah tertutup air. Pada waktu yang hampir bersamaan, lubang Bogor yang berada di sampingnya juga telah tergenang air.

Delapan penambang di lubang Bogor yang diperkirakan berada di kedalaman 50-60 meter tak memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri, karena air datang begitu cepat.

Para penambang tradisional ini sempat berupaya menyedot air dengan mesin pompa, namun tak membuahkan hasil. Hingga akhirnya peristiwa itu dilaporkan ke polisi pada pukul 07.00 WIB keesokan harinya.

Upaya evakuasi

Operasi penyelamatan dalam skala besar langsung dilakukan pada Rabu (26/7/2023) siang.

Operasi ini melibatkan kurang lebih dari 200 personel gabungan, termasuk relawan dari berbagai organisasi.

Dua kelompok pasukan elit juga dikerahkan ke lokasi, yaitu Basarnas Special Group (BSG) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL.

Operasi difokuskan melakukan penyedotan air. Total ada sedikitnya 35 mesin pompa air berbagai jenis dan ukuran dikerahkan.

Baca juga: Tambang Emas Ilegal di Banyumas Ditutup, Kades Bingung Warga Jadi Pengangguran

Selain itu, juga dilakukan pembendungan di aliran sungai yang berdekatan dengan lokasi tambang.

Beberapa skenario penyelamatan juga disiapkan, antara lain dengan penyelaman ke dalam lubang galian. Namun rencana itu diurungkan karena terlalu berisiko.

Namun hingga sepekan operasi, tim SAR tidak pernah bisa menjangkau lokasi para penambang terjebak yang diperkirakan ada di kedalaman 60 meter.

Pasalnya, air yang memenuhi lubang tempat pekerja terjebak tak kunjung surut. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, kedalaman air dari mulut lubang tambang antara 11 meter sampai 13,8 meter.

Bahkan, air yang awalnya hanya menggenangi lubang Dondong dan Bogor justru diduga semakin meluas ke lubang-lubang lainnya.

Selain itu, Kepala Subseksi Operasi dan Siaga Basarnas Cilacap Priyo Prayudha Utama menyebut, bagian dalam lubang diduga telah berubah menjadi lumpur.

Baca juga: Operasi SAR Penambang Emas di Banyumas Akan Ditutup dengan Tabur Bunga dan Pemasangan Prasasti

Kepala Basarnas Cilacap sekaligus SAR Mission Coordinator Adah Sudarsa mengatakan, medan di lokasi tersebut sangat sulit.

Personel tim SAR ada yang nyaris terjebak air yang datang secara tiba-tiba saat akan memasukkan pompa di lubang Dondong. Seorang personel BPBD Kabupaten Bogor juga sempat dilarikan ke rumah sakit karena menghirup gas karbon dioksida.

Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Czi Andhy Kusuma mengatakan, kendala utama dalam operasi ini adalah faktor geografis.

"Masih tergenang air sehingga menyulitkan evakuasi dan akses yang sempit. Kami sudah melakukan upaya maksimal, (tapi) kita tidak bisa melawan alam karena debit air sangat besar," jelas Andhy.

Air yang masuk ke lubang tambang itu diduga bersumber dari cekungan air bawah tanah.


Lubang sempit dan berliku

Kedalaman lubang tempat delapan penambang terjebak tak ada yang mengetahuinya secara pasti.

Namun berdasarkan perkiraan, kedalamannya antara 60 meter sampai 70 meter.

Kepala Basarnas Cilacap sekaligus SAR Mission Coordinator Adah Sudarsa mengatakan, pada bagian dalam lubang tersebut ternyata sangat sempit.

"Pada bagian atas (lubang) diameternya 80-90 sentimeter, tapi informasi dari sesama penambang di dalam itu lebih kecil hanya 60 sentimeter," kata Adah di lokasi kejadian, Selasa (1/8/2023).

Selain itu, jalur pada lubang tersebut juga berliku-liku.

"Jadi yang kami gambarkan sebelumnya itu hanya gambaran kami saja. Kata penambang di dalam itu berkelok-kelok, ada yang letter S," ungkap Adah.

Lubang itu dibuat mengikuti alur yang dimungkinkan ada kandungan emasnya. Jalur itu dibuat menyesuaikan rintangan yang ada di dalam.

"Kalau ada batu besar yang menghalangi buka lagi (jalur) ke bawah, kemudian naik lagi ke atas. Di dalam tidak beraturan," jelas Adah.

Halaman:


Terkini Lainnya

Air Minum Dalam Kemasan Menjamur di Sumbar, Warga Wajib Waspada

Air Minum Dalam Kemasan Menjamur di Sumbar, Warga Wajib Waspada

Regional
Bersama Mendagri dan Menteri ATR/BPN, Walkot Makassar Diskusikan Kebijakan Pemda soal Isu Air di WWF 2024

Bersama Mendagri dan Menteri ATR/BPN, Walkot Makassar Diskusikan Kebijakan Pemda soal Isu Air di WWF 2024

Regional
Ditahan 3 Hari, Dokter yang Cabuli Istri Pasien di Palembang Kena DBD

Ditahan 3 Hari, Dokter yang Cabuli Istri Pasien di Palembang Kena DBD

Regional
Pegi Disebut Otak Pembunuhan Vina Cirebon, Polisi: Ini Masih Pendalaman

Pegi Disebut Otak Pembunuhan Vina Cirebon, Polisi: Ini Masih Pendalaman

Regional
Tabrak Tiang Lampu, Pembonceng Sepeda Motor Asal Semarang Tewas di TKP

Tabrak Tiang Lampu, Pembonceng Sepeda Motor Asal Semarang Tewas di TKP

Regional
Tembok Penahan Kapela di Ende Ambruk, 2 Pekerja Tewas

Tembok Penahan Kapela di Ende Ambruk, 2 Pekerja Tewas

Regional
Kekecewaan Pedagang di Pasar Apung 3 Mardika, Sudah Bayar Rp 30 Juta tapi Dibongkar

Kekecewaan Pedagang di Pasar Apung 3 Mardika, Sudah Bayar Rp 30 Juta tapi Dibongkar

Regional
El Nino Geser Pola Tanam, Bupati Blora Apresiasi Bantuan 164 Pompa Air dari Kementan

El Nino Geser Pola Tanam, Bupati Blora Apresiasi Bantuan 164 Pompa Air dari Kementan

Regional
Pabrik Narkoba di Rumah Elit Surabaya Ternyata Jaringan Malaysia, Produksi 6,87 Juta Butir Obat Terlarang

Pabrik Narkoba di Rumah Elit Surabaya Ternyata Jaringan Malaysia, Produksi 6,87 Juta Butir Obat Terlarang

Regional
Tiga Kader dan Seorang Kades Berebut Rekomendasi PDI-P Maju Pilkada Serentak 2024 di Sukoharjo, Siapa Saja Mereka?

Tiga Kader dan Seorang Kades Berebut Rekomendasi PDI-P Maju Pilkada Serentak 2024 di Sukoharjo, Siapa Saja Mereka?

Regional
Nabung Bertahun-tahun, Penjual Air Galon Isi Ulang Ini Akhirnya Bisa Naik Haji

Nabung Bertahun-tahun, Penjual Air Galon Isi Ulang Ini Akhirnya Bisa Naik Haji

Regional
Di Workshop International WWF 2024, Danny Pomanto Bahas Sombere' dan Smart City

Di Workshop International WWF 2024, Danny Pomanto Bahas Sombere' dan Smart City

Regional
Eks Pimpinan Bank Pelat Merah di Riau Ditangkap, Diduga Korupsi Dana KUR Rp 46,6 M

Eks Pimpinan Bank Pelat Merah di Riau Ditangkap, Diduga Korupsi Dana KUR Rp 46,6 M

Regional
Eks Dirut BUMD Sumsel Dituntut 4,5 Tahun Penjara Terkait Dugaan Korupsi 18 M

Eks Dirut BUMD Sumsel Dituntut 4,5 Tahun Penjara Terkait Dugaan Korupsi 18 M

Regional
Eks Wakil Ganjar Pranowo Jadi Orang Pertama yang Daftar Penjaringan Pilkada Jateng di PDI-P

Eks Wakil Ganjar Pranowo Jadi Orang Pertama yang Daftar Penjaringan Pilkada Jateng di PDI-P

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com