Suryadi bersyukur pandemi Covid-19 kini telah dinyatakan berakhir. Dia pun berpendapat, program Jogo Tonggo turut berperan dalam upaya percepatan penanganan Covid-19 di Jateng.
“Bagaimana tidak, program ini berbasis masyarakat yang berada di garis terdepan dalam menghadapi Covid-19. Informasi yang dikumpulkan jadi lebih cepat dan akurat, sehingga aktivitas penanganannya menjadi lebih cepat,” ucapnya.
Meski pemerintah telah secara resmi mencabut status pandemi Covid-19 mulai 21 Juni 2023, Suryadi menganggap struktur organisasi Satgas Jogo Tonggo belum dibubarkan hingga sekarang.
Baca juga: Muncul Klaster Covid-19 di Kabupaten Tegal, Bupati Umi Salahkan Satgas Jogo Tonggo
Dia merasa belum menerima pemberitahuan resmi terkait pembubaran program Jogo Tonggo. Grup WA Satgas Jogo Tonggo di desanya juga belum dihapus dan masih ada interaksi.
Suryadi pun berpendapat sebaiknya program kerja Jogo Tonggo ini bisa dilanjutkan sebagai bentuk antisipasi ancaman kesehatan lain.
Dia khawatir semangat gotong royong, kerja sama, dan saling menolong yang sudah terbangun di masyarakat berkat Jogo Tonggo Covid-19 akan luntur lagi jika program dihapus atau ditiadakan.
“Momentum ini sebaiknya jangan disia-siakan. Pikir saya, Jogo Tonggo bisa dikembangkan untuk bisa menangani semua permasalahan kesehatan di masyarakat,” ungkap Suryadi.
Dia pun bercerita, di daerahnya, Satgas Jogo Tonggo sempat membahas masalah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkit hewan-hewan ternak. Persoalan itu sampai di tahap pelaporan ke Dinas Peternakan agar dapat ditindaklanjuti.
Menurut Suryadi, agar program Jogo Tonggo dapat terus dijalankan secara efektif, ia berpendapat bahwa Pemerintah Provinsi perlu terlebih dahulu melakukan penyesuaian kebijakan atau instruksi.
Senada, Sekretaris Satgas Jogo Tonggo Desa Karanggeneng, Kecamatan/Kabupaten Boyolali, Jateng, Bagus Anggoro, memandang program Jogo Tonggo lebih baik dapat diteruskan dengan beberapa inovasi atau penyesuaian setelah status pandemi Covid-19 resmi dicabut di Indonesia.
Dia juga memiliki gagasan program Jogo Tongo bisa dikembangkan untuk mengawal banyak masalah kesehatan lain, termasuk penyakit tidak menular (PTM).
Baca juga: Warga Graha Muria, Kudus Terapkan “Jogo Tonggo”, Ganjar Akui Terkesan
Bagus menyambut baik program Jogo Tonggo yang digalakkan pada awal pandemi karena mencerminkan kebudayaan Indonesia yang mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan.
Dia menyebut, dalam pelaksanaan program ini, semua warga seakan-akan dilibatkan untuk bersama-sama aktif melawan Covid-19. Bagus pun melihat tajuk Jogo Tonggo kini telah terpatri di benak masyarakat.
“Implementasi program ini kan pada prinsipnya tidak menjauhi. Ketika ada kasus, warga di kanan-kiri malah jadi lebih care. Warga langsung berpikir, ‘Oh ya, kita harus jogo tonggo’,” jelas Bagus.
Bagus pun mengaku tak keberatan memiliki pekerjaan tambahan untuk terus terlibat dalam progam Jogo Tonggo ke depan. Dia yakin, masyarakat lain juga akan mendukung kelanjutan program.
“Ketika dilibatkan dalam program, warga itu sebenarnya senang karena mungkin merasa keberadaannya semakin diakui. Belum lama ini, di tempat kami juga baru menggelar lomba kebun gizi. Hadiahnya padahal sedikit, tetapi semangat warga itu luar biasa untuk menyiapkannya,” tuturnya.
Saat dimintai konfirmasi, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng, Yuni Rahayuningtyas, mengeklaim Pemprov telah memiliki rencana untuk mengembangkan program Jogo Tonggo yang terbukti mampu membantu menangani Covid-19.
Menurutnya, Pemprov Jateng tidak berencana untuk menghapus program atau membubarkan satgas.
“Intinya Jogo Tonggo konsepnya bagus. Berkaca pada keberhasilan kemarin, kami berencana mengembangkan program itu untuk mengatasi berbagai persoalan lain,” ungkap dia.
Ditanya apa persoalan lain yang mungkin akan disasar Jogo Tonggo ke depan, Yuni menjawab bisa banyak. Salah satunya, stunting di bidang kesehatan.
Baca juga: Jogo Tonggo Pesantren, Santri Blusukan Servis Ratusan Motor Gratis bagi Warga Terdampak Pandemi