KOMPAS.com - Sebanyak 11 nelayan asal Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, telah dipulangkan ke kampung halamannya di Desa Papela, pada Minggu (30/4).
Ke-11 nelayan tersebut mencakup 10 ABK dari Kapal Dioskuri 01 dan satu ABK dari Perahu Motor Putri Jaya. Mereka diselamatkan otoritas Australia di Pulau Bedwell, Rowley Shoals, Australia Barat.
Tangisan kerabat dan orang tua dari Badco Said Jalating alias Rama Jalating, tidak bisa dibendung lagi, saat petugas PSDKP, Komandan Pos Angkatan Laut Papela dan Kapolsek Rote Timur, tiba di Desa Papela, Kecamatan Rote Timur, untuk mengantar kembali anak mereka.
Mereka tak kuasa menahan rasa haru atas kepulangan Badco Said Jalating yang berhasil lolos dari maut saat kapalnya dihantam Badai Isla di perairan perbatasan antara Australia dan Indonesia.
Baca juga: 11 Nelayan Asal NTT yang Terdampar di Australia Tiba di Kampung Halaman
Sa'adiah Badco, ibu dari Badco Said Jalating, langsung berlari keluar dari dalam rumahnya untuk menyambut anaknya.
"Rasanya bahagia tapi lebih menyakitkan, karena yang menyakitkan itu dua yang pergi, satu yang kembali," kata Sa'adiah kepada wartawan di NTT, Eliazar Robert, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Sa'adiah mengatakan, meski anaknya Badco Said Jalating bisa selamat dari maut, tapi satu anaknya yang lain yakni Syafrudin Jalating, hingga saat ini masih hilang. Kakak beradik itu ikut melaut sebagai ABK di perahu motor Putri Jaya, namun hanya Badco Said Jalating yang selamat setelah berenang selama 30 jam.
"Harapan saya, saya kalau diijinkan, dua anak saya kembali. Itu yang saya inginkan," ujar Sa'adiah.
Sa'adiah mengaku sempat melarang saat kedua anaknya hendak melaut mengikuti Perahu Motor Putri Jaya, pada tanggal 7 April 2023.
Baca juga: Terdampar di Australia, 11 Nelayan Dipulangkan ke Indonesia
"Sudah (melarang), tapi yang namanya nelayan disini semua nelayan harus mendengar kata juragan. Kalau juragan bilang berangkat, berarti harus berangkat walaupun itu apapun yang terjadi," kata Sa'adiah dengan terbata-bata.
Bahkan, lanjut Sa'adiah, dia sempat ikut ke pelabuhan untuk mengingatkan agar tidak berangkat karena melihat angin yang sangat kencang saat itu. Namun, keduanya tetap harus berangkat karena telah diperintah oleh juragan atau nahkoda kapal yakni Arsad Saleh.
"Saya hanya mendoakan kalau mereka bisa dengan selamat, maka pulang pun dengan selamat," harapnya ketika itu.
Syafrudin Jalating adalah satu dari delapan ABK yang hilang.
ABK Perahu Putri Jaya lainnya yang masih hilang hingga saat ini adalah Arsad Saleh (49), Salman Kawak (47), Harno Acing (41), Muhammad Yamin (25), Rendi (19), Jun, dan Iven.
Baca juga: 8 Nelayan Asal NTT Hilang Selama 2 Pekan di Perairan Australia, Terdampak Siklon Tropis Ilsa