Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Tepal, Desa yang Disebut-sebut Selamat Saat Letusan Tambora

Kompas.com - 14/04/2023, 05:31 WIB
Susi Gustiana,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Selain itu penduduk berladang dengan metode tumpang sari. Mereka menanam padi merah, jagung ketan, sayur nangka, timun, jahe merah, aneka rimpang, alpukat, dan lain-lain.

Para perempuan di Desa Tepal tak hanya melakukan pekerjaan domestik, mereka juga ikut berladang.

Warga di Desa ini disebut memiliki angka harapan hidup tinggi. Beberapa warga berusia lebih dari 100 tahun.

Kehidupan di Desa Tepal sangat agamais. Tradisi leluhur dalam berbagai hal masih terus dilestarikan.

Saat Ramadhan, warga masih menjaga tradisi beduk sahur dan beduk ngabuburit. Ada juga tradisi ratib rabana ode dan rabana rea yaitu musik tradisional Tepal.

Masyarakat Desa Tepal memaknai letusan Gunung Tambora sebagai bencana alam di luar kuasa manusia.

"Kita tidak tahu kuasa Tuhan, tetapi bersyukur masih diberikan umur panjang sehingga nenek moyang kita masih bertahan di tengah letusan maha dahsyat Tambora," sebut Muntaka.

Menurut dia, cerita turun-temurun tentang selamatnya Desa Tepal dari letusan Tambora adalah salah satu wujud dari kekuasaan Yang Maha Esa.

Tahun ke-208 setelah letusan, Tepal kini memiliki kekayaan alam yang berlimpah.

"Sebagai warga Tepal kami bersyukur, alam mengajarkan banyak hal," ucap Muntaka.

Keadaan di Sumbawa pasca-letusan Tambora

Seorang peneliti dan sejarawan Yadi Surya Diputra mencoba menelusuri jejak keadaan di Sumbawa pasca-letusan Tambora.

Menurut dia, letusan Tambora bisa ditinjau dari catatan Heinrich Zollinger tahun 1847 secara komprehensif. Selain itu, ada pula Catatan Raffles dan Owen Philips yang dinilai jauh lebih aktual dan catatan Disertasi Gerrit Kuperus.

Heinrich Zollinger sebagai ahli Botani berkebangsaan Swiss, kata Yadi, adalah orang pertama yang mengelilingi Pulau Sumbawa pasca-letusan Tambora. Ia datang meneliti dengan pembiayaan Pemerintah Hindia Belanda dan membawa surat tugas dari Pemerintah Hindia Belanda di Batavia dan Makassar.

"Zollinger menempuh perjalanan yang sangat jauh tanpa fasilitasi yang memadai, mengelilingi Tambora, Bima, Dompu, Sumbawa, dan Sumbawa Barat," jelas Yadi.

Baca juga: Laporan Owen Philips dan Bencana Kelaparan Pasca-letusan Tambora 1815

Dalam catatan Zollinger, ketika letusan terjadi, dampak tidak langsung terasa di Sumbawa. Namun, ada banyak orang meninggal setelah itu.

"Kalau di Sumbawa saat hari H letusan itu tidak banyak yang meninggal karena paling parah sampai di Kecamatan Empang. Sedangkan di bagian kecamatan lain hanya hujan abu vulkanik dan ada tsunami di beberapa titik daerah pesisir," katanya.

Namun, Sumbawa menjadi daerah yang sangat terdampak setelah letusan dan bawak warga meninggal.

Bahkan, 50 tahun setelah letusan, disebut-sebut belum ada tumbuhan yang berhasil hidup di Sumbawa. Berbeda dengan di Bima yang telah bisa mengekspor madu hutan 30 tahun pasca-letusan.

Pemandangan Desa Tepal di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Desa ini disebut-sebut sebagai satu-satunya desa yang selamat dari letusan Tambora. Pemandangan Desa Tepal di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Desa ini disebut-sebut sebagai satu-satunya desa yang selamat dari letusan Tambora.

Yadi menjelaskan, dari catatan Zollinger, ketika dia berjalan di Mata Tarano, ketebalan debu letusan masih terasa.

Efek letusan Tambora disebut masih ada hingga tahun 1847 dan debu vulkanik masih tebal.

Rhee dan Utan habis terkubur oleh letusan Tambora, sedangkan yang ditemui saat itu oleh Zollinger adalah kampung-kampung yang baru.

Tidak diceritakan dampak letusan Tambora di Alas, Sateluk, Taliwang, dan wilayah selatan hingga Batu Lanteh.

Pasca-letusan, beberapa penduduk yang tersisa kelaparan dan berkeliaran mencari makanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

Regional
Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Regional
Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com