Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Tepal, Desa yang Disebut-sebut Selamat Saat Letusan Tambora

Kompas.com - 14/04/2023, 05:31 WIB
Susi Gustiana,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Skala letusannya empat kali lebih besar dari letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883. Sedangkan energinya disebut-sebut 170.000 kali lebih besar dari bom atom di Hiroshima di tahun 1945 hingga mengubur tiga kerajaan.

Secara ilmiah, Sudirman tidak dapat menjelaskan secara terperinci mengenai selamatnya warga Desa Tepal dari letusan Tambora.

Baca juga: Menikmati Keindahan Sabana dan Sanctuary Rusa Timor di Lereng Tambora

Namun, menurut dia, hal itu tak lepas dari banyaknya sumber air di Desa Tepal sehingga mereka selamat dari kekeringan yang menyebabkan banyak orang meninggal dunia saat itu.

"Pasca-meletusnya Tambora hanya tersisa tiga sumber mata air di Tepal. Padahal, sebelumnya ada banyak sumber mata air," kata dia.

Seorang pemangku adat Desa Tepal Muntaka membenarkan bahwa masyarakat Desa Tepal selamat saat letusan Gunung Tambora.

Namun, abu vulkanik sampai di tempat yang dijuluki desa di kaki langit ini. Hal itu juga disebabkan penduduk Tepal diyakini sebagai masyarakat tertua di Sumbawa.

"Berdasarkan cerita turun-temurun, masyarakat tertua di Kabupaten Sumbawa adalah Desa Tepal," sebut Muntaka.

Baca juga: Mengenal 3 Kerajaan yang Terkubur Saat Tambora Meletus

Situs Batu Tulis

Tepal berasal dari kata kepal yang artinya bersatu. Sebutan Tepal merupakan akronim dari kata tau kepal (orang yang bersatu, ada juga pendapat mengatakan orang sakti).

Menurut Muntaka, nenek moyang orang Desa Tepal tadinya tinggal berpencar hingga ada yang bermimpi untuk bersatu dan tinggal di sebuah tempat yang sekarang menjadi pusat desa.

Dia mengatakan, bukti peradaban Tepal sejak dahulu dibuktikan dengan situs Batu Tulis. Batu ini terletak di sebelah selatan Desa Tepal, jaraknya sekitar empat kilometer dari pusat desa.

Perjalanan menuju ke sana dapat ditempuh menggunakan kuda, motor trail, atau berjalan kaki melewati hutan.

Situs batu tulis itu juga kerap disebut dengan situs batu penggores karena di permukaan batu ini terdapat beberapa goresan dengan kedalaman sekitar 2 sentimeter berbentuk lambang kuno.

Kemudian ada beberapa lambang senjata, binatang, manusia, alat masak seperti sendok dan piring.

Di batu ini juga terdapat beberapa tanda panah seperti menunjuk ke arah sesuatu.

"Ada sandi yang harus dipecahkan di situs Batu Tulis dan ada tulisan satera jontal," kata Sudirman.

Warga Desa Tepal bergotong royong melakukan berbagai pekerjaan. Warga Desa Tepal bergotong royong melakukan berbagai pekerjaan.

Menurut tetua adat Desa Tepal, batu tulis ini berkaitan erat dengan sejarah terbentuknya desa ketika masa pemerintahan Datuk Macani, orang yang sangat berpengaruh di Desa Tepal.

Batu ini tetap dirawat oleh Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa sebagai sebuah situs sejarah.

"Situs ini menjadi bukti peradaban Tepal tertua di Sumbawa," ujar Muntaka.

Konon, pada masa Kesultanan Sumbawa, orang Tepal sering dimintai nasihat oleh Sultan lantaran dihormati.

Kini, ada tiga suku yang mendiami Tepal yaitu Samawa, Sasak, dan Makassar.

Baca juga: Mengenang Letusan Tambora dari Peninggalan Kerajaan Sanggar

Kehidupan masyarakat Tepal kini

Lumbung padi warga di Desa Tepal, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Lumbung padi warga di Desa Tepal, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Warga Desa tepal melestarikan tradisi gotong-royong dalam membangun rumah, bertanam, memanen padi, melangsungkan adat dan tradisi.

Di kampung ini juga ada lumbung padi bersama untuk mengantisipasi gagal panen. Bangunannya berpilar dengan atap terbuat dari bambu.

Mata pencarian penduduk di kampung ini adalah sebagai petani kopi. Kopi Tepal sangat terkenal hingga mancanegara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Regional
Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Regional
Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Regional
Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Regional
Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Regional
Tak Diizinkan Mancing, Pelajar SMP di Kalbar Nekat Bunuh Diri dengan Senapan Angin

Tak Diizinkan Mancing, Pelajar SMP di Kalbar Nekat Bunuh Diri dengan Senapan Angin

Regional
Pedagang di Ambon Plaza Mogok Jualan karena Harga Sewa Kios Naik

Pedagang di Ambon Plaza Mogok Jualan karena Harga Sewa Kios Naik

Regional
Melalui Festival Budaya Isen Mulang 2024, Gubernur Sugianto Kenalkan Potensi dan Budaya Kalteng

Melalui Festival Budaya Isen Mulang 2024, Gubernur Sugianto Kenalkan Potensi dan Budaya Kalteng

Kilas Daerah
Pelajar SMA di Morowali Tega Bunuh Ibunya Saat Tidur, Apa yang Terjadi?

Pelajar SMA di Morowali Tega Bunuh Ibunya Saat Tidur, Apa yang Terjadi?

Regional
Duduk Perkara Malapraktik di Prabumulih, Bidan yang Menjabat sebagai Lurah Jadi Tersangka

Duduk Perkara Malapraktik di Prabumulih, Bidan yang Menjabat sebagai Lurah Jadi Tersangka

Regional
Viral Video 4 Wanita dan Satu Polisi Merokok Sambil Konsumsi Miras, Diduga di Mapolres Sikka

Viral Video 4 Wanita dan Satu Polisi Merokok Sambil Konsumsi Miras, Diduga di Mapolres Sikka

Regional
Pilkada Demak, PPP Bakal Usung 3 Nama, Baru Satu yang Ambil Formulir

Pilkada Demak, PPP Bakal Usung 3 Nama, Baru Satu yang Ambil Formulir

Regional
Selundupkan Benih Lobster Senilai Rp 15,9 Miliar, 2 Pelaku Ditangkap

Selundupkan Benih Lobster Senilai Rp 15,9 Miliar, 2 Pelaku Ditangkap

Regional
Pemprov Jateng Buka Magang Jepang Tanpa Kuota Pendaftar, Ini Perinciannya

Pemprov Jateng Buka Magang Jepang Tanpa Kuota Pendaftar, Ini Perinciannya

Regional
Napi Anak Pembunuh Polisi Ungkap Caranya Kabur dari Lapas

Napi Anak Pembunuh Polisi Ungkap Caranya Kabur dari Lapas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com