BORONG, KOMPAS.com– "Saya sungguh menderita dengan kondisi suami saya, tapi saya sangat mencintainya, walau untuk itu saya harus berjuang keras..."
Kalimat itu meluncur dari mulut Agata Ladang (41), seorang penjual sayur di Pasar Borong, Kelurahan Ranaloba, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga: Mantan Anggota DPRD Manggarai Timur Diduga Cabuli Balita
Update : Kompas.com menggalang bantuan kisah perjuangan Ibu dalam menghidupi keempat anaknya sekaligus suami yang mengalami gangguan jiwa. Uluran tangan pembaca dapat disalurkan dengan cara klik di sini.
Sejak enam tahun silam, Agata harus jatuh bangun membesarkan empat orang anaknya seorang diri.
Hal itu terjadi setelah sang suami yang berinisial KH (40) mengalami gangguan jiwa, bahkan terpaksa dipasung.
Agata memiliki empat orang anak. Anak sulungnya masih bersekolah di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), anak kedua dan ketiga adalah siswa Sekolah Dasar. Sedangkan anak bungsunya belum bersekolah.
Agata tinggal bersama tiga anaknya di sebuah rumah kontrakan di kawasan kompleks Pasar Borong.
Sang anak bungsu ikut dengan sang nenek di Desa Rana Masak, Kecamatan Borong.
"Saya selalu berjuang keras untuk masa depan anak-anak yang masih mengenyam bangku sekolah. Setiap pagi saya berjualan di Pasar Borong, menjual sayur-mayur," ujar Agata, Jumat (3/2/2023).
Baca juga: Pencarian Nenek yang Hilang di Sungai Wae Togong Manggarai Timur Dihentikan
Agata bercerita, penghasilannya sebagai penjual sayur tidak seberapa. Hanya sekitar Rp 600.000 per bulan.
Selain untuk kebutuhan makan sehari-hari, Agata juga harus membiayai pendidikan anak-anaknya.
"Penghasilan ini sangat tidak cukup untuk membiayai kehidupan keluarga. Tapi, saya terus berjuang agar anak-anak kami bisa tetap sekolah," jelas dia.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 2 Februari 2023
Agata juga masih harus membiayai sang suami yang mengalami gangguan jiwa.
"Berdagang sayur-mayur juga untuk membiayai suami. Sambil berdagang, saya terus berdoa agar suami saya pulih dari deritanya," tutur Agata lirih.
Agata mengisahkan, sebelum sakit, suaminya yang menjadi tulang punggung keluarga.
KH bekerja sebagai pedagang sayur keliling di kampungnya.
Sang suami juga menjual sayur di beberapa pasar di Kecamatan Komba dan Borong.
Namun sejak tahun 2017, suaminya mulai menunjukkan tanda-tanda tak wajar. Seperti berbicara sendiri dan berjalan-jalan tanpa tujuan.
Baca juga: Kabur Selama Sebulan Usai Dilaporkan Hamili Anak Tiri, Pria di NTT Ditangkap
"Biasanya saya mengikutinya dari belakang sambil menggendong bayi kami," katanya.
Agata menjelaskan, tidak bisa membawa sang suami ke rumah sakit lantaran keterbatasan biaya.
Sehingga selama ini keluarga hanya mengadalkan pengobatan alternatif.
Agata berharap kesehatan jiwa sang suami bisa kembali pulih dan keluarganya kembali seperti sedia kala.
Update : Kompas.com menggalang bantuan kisah perjuangan Ibu dalam menghidupi keempat anaknya sekaligus suami yang mengalami gangguan jiwa. Uluran tangan pembaca dapat disalurkan dengan cara klik di sini.