Ketua RW 016 Tambakrejo, Slamet Riyadi menambahkan, banjir rob mulai dirasakan oleh warga Tambakrejo sejak 2010 yang lalu.
Semakin tahun, air rob semakin tinggi hingga menenggelamkan rumah-rumah warga.
"Nah mulai banyak yang hilang sekitar 2020 yang lalu langsung habis dan hilang," ujar dia.
Akibat banjir rob itu, banyak warga yang terpaksa tak bisa berziarah ke makam sanak saudara karena daerah pemakaman sudah tenggelam.
"Tak bisa untuk ziarah, akses untuk jalan juga sudah tak ada," paparnya.
Selain itu, banyak nelayan yang menemukan tengkorak manusia saat menjaring ikan di wilayah tersebut.
"Ya memang itu untuk mencari ikan nelayan. Kadang nyangkut di jaringnya," ujar dia.
Ada 25 rumah warga yang kini hanya tinggal kenangan.
Hal itu disebabkan karena banjir rob dan penurunan tanah di RW 016 Tambakrejo Semarang.
"Sekitar 2,5 hektar yang sudah hilang. Sekarang semakin berkurang terus," jelas dia.
Data yang dia terima, RT 005 RW 016 Tambakrejo merupakan kawasan yang paling parah karena berbatasan langsung dengan bibir air laut.
Menurut dia, di wilayah RT 005 sudah tidak lagi terendam rob, namun sudah hilang.
Sebanyak 25 rumah warga yang sudah hilang itu kini hanya tinggal kenangan.
"Di RT 005 tidak lagi terendam, tapi sudah hilang," ungkap dia.
Menurut dia, bukan hanya rumah saja yang hilang namun peradaban juga hilang.
"Karena tak bisa ditempati ya jadi tak ada yang hidup di sana. Dulu tempat tinggal nelayan di sana," ujar dia.
Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Semarang, Muchamad Dafi Yusuf | Editor Dita Angga Rusiana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.