Semaoen yang beraliran radikalis sosialis revolusioner membuat Sarekat Islam Semarang mempunyai dua kubu, yakni kubu Semaoen dan kubu Abdoel Moeis.
Semaoen lebih radikal sedangkan Abdoel Moeis lebih kooperatif. Pertentangan antara keduanya dalam masalah Volksraad dan perbedaan pandangan mengakibatkan perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam itu sendiri.
Sejak saat itu muncul istilah SI Putih dengan pimpinan Cokroaminoto yang diteruskan Abdoel Moeism dan SI Merah yang dipimpin Semaoen dan Darsono.
"Namun, tak lama Semaoen digantikan oleh Tan Malaka karena dia berangkat ke Uni Soviet untuk menghadiri kongres," ungkapnya.
Hingga akhirnya pada 1923, Semaoen kembali ke Indonesia setelah beberapa tahun menetap di Uni Soviet.
Sepulangnya dari Uni Soviet, Semaoen melihat kondisi PKI tak begitu baik. Tan Malaka yang ditunjuk sebagai penggantinya juga diusir oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Baca juga: Pemuda Rakyat, Organisasi Pemuda PKI
"Tan Malaka diusir karena PKI mendukung aksi pemogokan serikat buruh," ujarnya.
Di tahun yang sama, Semaun juga terlibat aksi mogok kerja buruh kereta api yang membuatnya ditahan hingga akhirnya diusir oleh Pemerintah HIndia Belanda.
"Setelah diusir, Semaoen menetap di Amsterdam," kata Tsabit.
Pada November 1926 dan Januari 1927, pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatera pecah. Banyak orang PKI yang dibuang ke Digul, beberapa juga berhasil kabur ke Uni Soviet.
Menurutnya, di Eropa Timur Semaoen dan teman-temannya mulai mengampanyekan kemerdekaan Indonesia. Terbukti beberapa negara Eropa Timur seperti Ukraina menjadi salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
"Jadi selain bangsa Arab, sebenarnya negara Eropa Timur juga mendukung kemerdakaan Indonesia ketika awal-awal dikampanyekan," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.