"Riwayat rekam medis, Rohayu sebelumnya pada anak ketiga sudah lahiran operasi cesar, dan ini tentu berisiko," ungkap Ummi Kalsum.
Saat tiba di IGD RSUD, petugas menerima dengan riwayat ibu Rohayu sudah pendarahan per vaginal dari rumah.
Ketika diperiksa oleh petugas di IGD, pendarahannya pada kategori minimal, tidak banyak dan sudah tidak aktif lagi. Tanda vital masih batas normal, hb 10 gram, kondisi hb itu wajar terjadi pada ibu hamil trimester terakhir.
Pada proses lahiran prematur, kata Ummi Kalsum, terlebih dahulu perlu dimatangkan dulu paru-paru anak dengan memberikan obat pada infus ibu, agar ibu dan anak selamat.
Baca juga: 6 Risiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat yang Perlu Diwaspadai
Oleh karena itu, ibu Rohayu rawat inap menunggu proses reaksi obat pematangan paru sebelum bayi lahir.
Begitu melihat riwayat medis disertai pendarahan dan posisi bayi melintang, dokter meminta keluarga siapkan dua kantong darah untuk persiapan operasi cesar. Tetapi keluarga hanya dapat 1 kantong.
Saat kunjungan pagi dokter di hari Selasa 2 Agustus 2022, kondisi pendarahan minimal dan tidak aktif, Rohayu bisa berbincang dengan dokter sambil duduk dan kondisinya baik dengan tensi nadi normal.
Namun, sekitar pukul 13.14 Wita, tiba-tiba perut Rohayu mulas dan pendarahan banyak, dokter langsung ambil tindakan operasi cesar.
Proses persalinan ini dengan kondisi ibu pendarahan, namun kantong darah yang diterima hanya satu sehingga masih sangat kurang dengan risiko pada ibu sangat banyak.
"Bisa disimpulkan penyebab kematian ibu Rohayu karena kekurangan darah," jelas Ummi Kalsum.
Menurutnya, dalam buku ibu dan balita sudah dicantum SOP sebelum persalinan, yakni pihak keluarga harus mencantumkan lima orang yang siap donor ketika proses persalinan dilakukan.
Sementara, berat bayi Rohayu yang lahir (BBRL) 1,8 Kg dengan selamat dan sudah mendapatkan pertolong medis di NICU RSUD Sumbawa.
"Bayi BBRL 1,8 KG, berisiko mengalami stunting ke depan, karena faktor penyebabnya banyak," semoga keluarga dapat menjaga dan mencukupi gizi dengan baik pada 1000 hari pertama kehidupannya.
Pendarahan, penyebab utama kematian ibu hamil di Indonesia terjadi. Ummi Kalsum mengatakan, sebenarnya sejak ibu sebelum hamil bahkan saat remaja banyak menderita anemia menjadi salah satu pemicu.
"Ibu hamil saat gizi kurang tercukupi dengan baik bisa menyebabkan kurang darah (anemia), apalagi jika ada riwayat penyakit itu sejak sebelum hamil," ujarnya.
Berdasarkan data, angka kematian ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas di Kabupaten Sumbawa mengalami fluktuasi.
Pada 2017, angka bisa ditekan sekitar 4 kasus. Selanjutnya, 2018 angka naik menjadi 12 kasus. Sedangkan, pada 2019 turun lagi 8 kasus. Pada 2020 naik menjadi 11 kasus. Sementara, pada 2021 turun menjadi 9 kasus, dan 2022 sampai bulan Juli sudah 6 kasus.
Di Kabupaten Sumbawa, kematian ibu belum bisa diangkakan, karena persyaratan untuk angka per 100.000 kelahiran hidup. Sementara belum sampai 100 ribu, jumlah persalinan masih kurang lebih 8.000. Oleh karenanya, angka real kematian saja yang bisa dicantumkan.
Terkait kematian ibu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa menetapkan batas toleransi kematian, 8 per tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.