Rohayu terus membisikkan suaminya bahwa kondisinya semakin menurun. Ia memberitahukan bahwa ia tak kuat lagi menahan sakit.
Baca juga: Selain Telat Haid, Ini 7 Gejala Awal Kehamilan yang Pantang Diabaikan
Sampai pagi keesokkan harinya, dua kantong darah dari pendonor sudah tersedia di PMI Sumbawa.
Dengan cepat saat pukul 09.00 Wita, kantong darah tersebut dibawa ke RSUD Sumbawa oleh Syahabuddin.
Mendengar telah tersedia 2 kantong darah, pagi itu Rohayu tersenyum. Ia merasa sedikit lega. Ia menggenggam erat tangan suaminya.
Rohayu yakin bahwa ia akan mampu bertahan melawan sakit demi ketiga buah hatinya.
Jam menunjukkan pukul 12.00 Wita pada Selasa itu, Rohayu mungkin sudah tiga kali meminta suaminya agar memanggil petugas kesehatan untuk melakukan transfusi darah.
Jawaban yang diterima oleh keluarga si miskin itu tetap sama, "Tunggu sebentar ya Pak, tunggu dokter dulu."
Pukul 14.00 Wita, Rohayu terus mendesak suaminya agar kantong darah miliknya segera dipasang.
Saat itu Rohayu seolah kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kondisi kesehatannya yang parah. Syahabuddin, selalu ditimpali jawaban yang sama ketika berhadapan dengan petugas kesehatan di rumah sakit itu.
Entah kenapa, sore hari setelah Ashar petugas rumah sakit dengan cepat membawa Rohayu ke ruang operasi. Sampai menjelang magrib para tenaga medis itu keluar dari ruang bedah.
Saat itu bayi Rohayu dinyatakan selamat, namun Rohayu itu telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan empat anak dan suami.
Keluarga miskin ini meminta kepada LSM Hakiki untuk mendampingi. Ketua LSM Hakiki Iying Gunawan yang dikonfirmasi Rabu (14/9/2022) membenarkan kejadian tersebut.
"Takdir tidak bisa dilawan, namun ada kelalain dari petugas kesehatan di RSUD Sumbawa yang kami tidak terima," kata Iying.
Ketika SOP tidak dijalankan dengan baik oleh nakes. Sebagai warga negara, tentu perlu mempertanyakan itu.
"Kami menyesali terlambatnya penanganan Rohayu oleh nakes. Sudah bisa ditebak ada kelalaian. Tidak sesuai SOP, karena tranfusi darah yang terlambat dan operasi cesar yang tidak segera dilakukan pada hari kedatangan ke RSUD,"ungkap Iying.
"Laporan resmi kami ke APH akan dimasukkan besok. Kami juga meminta kepada Pemda Sumbawa untuk segera menyikapi persoalan ini," tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa melalui Kasi Kesehatan Keluarga, Ummi Kalsum yang ditemui Rabu (14/9/2022) mengatakan, ada dua penyebab kematian ibu dalam dunia kesehatan ada secara non teknis dengan istilah 4T yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak anak.
Sedangkan secara teknis di antaranya pendarahan, preklansi, infeksi dan lainnya.
Ummi Kalsum memaparkan, berdasarkan data yang diterima dari RSUD Sumbawa, proses persalinan Rahayu sesuai SOP. Namun demikian, tim kesehatan keluarga yang membidangi urusan ibu hamil, melahirkan dan nifas, akan melakukan audit maternal dalam waktu dekat.
Hal itu dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji penyebab kematian lebih dalam.
"Saya analisis dari data yang diberikan bidang pelayanan RSUD Sumbawa, faktor 3T (terlalu sering, terlalu banyak dan terlalu tua) masuk kategori non teknis penyebab kematian pada ibu Rohayu. Sedangkan secara teknis akan dijabarkan pada kronologi," papar Ummi Kalsum.
Ia menjelaskan, berdasarkan kronologi yang sudah diterima yaitu pada tanggal 1 Agustus 2022, Puskesmas Unit 2 Kecamatan Sumbawa, menerima pasien ibu Rohayu (36), usia kehamilan 31 minggu lebih artinya belum waktunya melahirkan pada persalinan normal.