Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Kisah Penambang Timah Selam, ke Dasar Laut demi Cari Nafkah, Derita Gangguan Pendengaran

Kompas.com - 01/08/2022, 12:57 WIB

BANGKA, KOMPAS.com- Joko Tingkir (36) tiba di camp penambangan timah, Pantai Batu Atap, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, sekitar pukul 16.00 WIB.

Dia disambut istri dan anaknya di depan pintu pondok.

Hari itu ada sekitar 6 kilogram pasir timah yang bisa dibawanya pulang. Pasir timah yang masih basah itu tersimpan dalam sebuah mangkok plastik.

"Alhamdulillah. Hari ini dapat enam kilogram," kata Joko Tingkir kepada Kompas.com, Minggu (31/7/2022).

Baca juga: Kisah Penambang Timah Selam di Bangka, Bekerja Tergantung Angin Musim

Pasir timah basah dijual pada pedagang pengumpul senilai Rp 130.000 per kilogram.

Jika penambang mendapatkan 6 kilogram, maka uang hasil penjualan sebesar Rp 780.000 per hari.

Namun uang tersebut tidak dinikmati untuk satu penambang.

Kawasan tambang timah ponton isap produksi di Bangka Barat yang ditertibkan demi optimalisasi pendapatan negara.KOMPAS.com/HERU DAHNUR Kawasan tambang timah ponton isap produksi di Bangka Barat yang ditertibkan demi optimalisasi pendapatan negara.

Selain Joko Tingkor, ada tiga pekerja lainnya di ponton tambang yang sama.

Uang dibagi penambang setelah dikeluarkan biaya bahan bakar solar dan operasional Rp 360.000. Artinya tersisa Rp 420.000 yang kemudian dibagi empat oleh penambang.

Baca juga: Kala Hidup Sopir Mobil Rental di Babel Ikut Tergantung dengan Tambang Timah

Jika ponton tambang milik pihak lain, maka uang Rp 420.000 dibagi 50 persen untuk pemilik ponton dan 50 persen sisanya dibagi untuk empat penambang.

Tidak jarang, para penambang hanya membawa pulang uang Rp 30.000 hingga Rp 50.000 setelah bekerja seharian.

Danau Kaolin di lahan bekas tambang timah di Desa Nibung Bangka Selatan Kepulauan Bangka Belitung Danau Kaolin di lahan bekas tambang timah di Desa Nibung Bangka Selatan Kepulauan Bangka Belitung
Uang sebanyak itu memang tidak sebanding dengan risiko pekerjaan yang harus dihadapi.

Bekerja di tengah laut dengan rakit ponton sederhana, para penambang harus berhadapan dengan ombak besar hingga serangan buaya.

Panas terik matahari hingga guyuran hujan lebat menjadi santapan sehari-hari.

Baca juga: Tambang Timah Ilegal di Pangkalpinang Digerebek, Oknum PNS dan Wartawan Ditangkap

Selain itu, para penambang juga kerap menderita gangguan fisik, seperti sakit pinggang, kesemutan hingga berkurangnya fungsi pendengaran.

Terkadang para penambang harus gigit jari, karena sama sekali tidak mendapatkan pasir timah.

Menurut Joko, profesi sebagai penambang selam telah dijalani selama hampir 10 tahun.

Tugas utamanya adalah menyelam di ke dalaman lima sampai enam meter. Penyelaman dilakukan di sekitar ponton tambang dengan durasi dua sampai tiga jam.

Agar bisa menyelam selama itu, sebuah selang kompresor disisipkan ke dalam masker kaca yang menutupi seluruh wajah para penambang.

Baca juga: Rencana Larangan Ekspor Timah Dinilai Terkendala Alih Teknologi

Udara kemudian dipompa dari mesin diesel yang terpasang di atas ponton.

"Biasanya dalam sehari dua kali naik ke permukaan," ujar Joko.

Ayah empat anak asal Buton, Sulawesi Tenggara, itu mengaku sudah tidak memedulikan lagi kondisi fisiknya jika menyelam terlalu lama.

Bagi Joko yang terpenting adalah membawa pulang pasir timah dan mendapatkan uang untuk biaya hidup sehari-hari.

Sebagai seorang ayah, Joko berharap, anaknya bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik.

Sehingga bisa melakoni pekerjaan yang tidak berisiko tinggi seperti sang ayah.

"Zaman sekarang mau kerja apa lagi. Mudah-mudahan anak-anak bisa lebih baik," ujar Joko.

Baca juga: Dirjen Minerba Sebut Timah Buat Ribuan Hektar Lahan di Babel Berstatus Kritis

Saat berada di dasar laut, kata Joko, Ia hanya mengandalkan insting, mengarahkan selang untuk menyedot pasir timah.

Ada kalanya ia harus menggunakan rompi pemberat agar tidak terombang-ambing.

Meskipun arus di bawah laut relatif lebih tenang dibandingkan permukaan.

"Kadang kita harus berjalan di dasar laut mengarahkan selang, jadi jangan sampai melayang naik ke permukaan," ujar Joko membeberkan alasan menggunakan rompi pemberat.

Penambang selam lainnya, Ali Pelaben (50) mengatakan, pekerjaan berisiko dengan taruhan nyawa tersebut terpaksa dilakoni karena tidak memiliki pekerjaan lain.

Baca juga: Penambang Timah di Bangka Tewas Tersangkut Baling-baling Kapal

Ali mengaku telah berkeliling ke sejumlah daerah sebagai pekerja bangunan. Namun akhirnya terdampar di Bangka dan menikah. Ia kemudian melakoni pekerjaan sebagai penambang timah selam.

Beruntung, Ali memiliki ponton tambang sendiri. Sehingga Ia bisa mempekerjakan orang lain jika merasa cukup lelah.

"Kalau pekerja lagi kosong, saya sendiri masih turun menyelam. Mau bagaimana lagi karena ini pekerjaan kita," ujar Ali.

 

Dari penambangan timah selam, Ali mengaku bisa membiayai kehidupan sehari-hari.

Namun satu hal yang masih dinantikan hingga saat ini, kata Ali yakni memiliki momongan.

"Untuk anak belum. Saya sama istri masih menantikannya," ujar Ali.

Selama bekerja sebagai penambang selam, Ali mengaku tidak mengalami kendala berarti.

"Memang ada yang datang minta sumbangan pada penambang, biasanya dikasih satu genggam oleh masing-masing penambang," ujar Ali.

Baca juga: Diduga Ilegal, 536 Balok Timah Seberat 8,8 Ton dari Rumah Warga di Bangka Tengah Disita

Ali berharap harga jual timah di tingkat penambang bisa merangkak naik. Kondisi ideal harga pasir timah, kata Ali adalah Rp 200.000 per kilogram.

Sebab untuk melakukan penambangan, pekerja harus mengeluarkan biaya bahan bakar dan bagi hasil untuk empat sampai lima pekerja.

Di samping itu, penambang kadang terpaksa behenti kerja dalam waktu cukup lama karena faktor cuaca.

"Kami harapkan dari hasil menambang bisa membiayai hidup dan menabung," ucap Ali.

Pelaku tambang lainnya, Nasri mengatakan, tambang selam ponton ampung relatif lebih ramah lingkungan.

"Area sedotan pasirnya relatif lebih kecil. Setelah pompa dimatikan, pasir kembali mengendap dan air laut kembali jernih," ujar dia.

Baca juga: 5 Penembak Istri Kopda Muslimin Dilumpuhkan dengan Timah Panas dan Terancam Hukuman Mati

Menurut Nasri, penambang ponton apung memang banyak yang belum mengantongi izin.

Untuk itu perlu bantuan pemerintah agar penambang mendapatkan akses perizinan sehingga pekerjaan mereka terlindungi dan jelas pemasukannya untuk negara.

"Ini harus dibantu pemerintah secara aktif kalau mau ada legalisasi. Apalagi timah mendukung perekonomian daerah," ucap dia. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bupati Sikka Minta ASN yang Ingin Maju sebagai Caleg Segera Undur Diri

Bupati Sikka Minta ASN yang Ingin Maju sebagai Caleg Segera Undur Diri

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Kepulauan Bangka Belitung

Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Kepulauan Bangka Belitung

Regional
Gempa M 5,1 Guncang Lembata, BPBD: Belum Ada Laporan Kerusakan

Gempa M 5,1 Guncang Lembata, BPBD: Belum Ada Laporan Kerusakan

Regional
Ramadhan, Pemkot Salatiga Izinkan Tempat Hiburan dan Karaoke Tetap Beroperasi dengan Pembatasan

Ramadhan, Pemkot Salatiga Izinkan Tempat Hiburan dan Karaoke Tetap Beroperasi dengan Pembatasan

Regional
Keluhkan Biaya Angkut Barang ke Pegunungan, Asosiasi Pedagang Dorong Jalan Trans-Papua Cepat Selesai

Keluhkan Biaya Angkut Barang ke Pegunungan, Asosiasi Pedagang Dorong Jalan Trans-Papua Cepat Selesai

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Provinsi Lampung

Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Provinsi Lampung

Regional
Sebulan Tertimbun Longsor di Kupang, Truk Tronton Akhirnya Ditemukan dan Dievakuasi

Sebulan Tertimbun Longsor di Kupang, Truk Tronton Akhirnya Ditemukan dan Dievakuasi

Regional
Gempa Bumi Magnitudo 5,9 Guncang Keerom Papua

Gempa Bumi Magnitudo 5,9 Guncang Keerom Papua

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Provinsi Jambi

Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Provinsi Jambi

Regional
Bendahara Koperasi Gelapkan Rp 471 juta Uang Nasabah demi Gaya Hidup Mewah

Bendahara Koperasi Gelapkan Rp 471 juta Uang Nasabah demi Gaya Hidup Mewah

Regional
Pelajar Tewas Tabrak Pembatas di Bantul, Polisi Dalami Korban Dikejar Orang

Pelajar Tewas Tabrak Pembatas di Bantul, Polisi Dalami Korban Dikejar Orang

Regional
ASEAN Economic Ministers ke-23 di Borobudur, Indonesia Dorong 7 Capaian Prioritas Ekonomi

ASEAN Economic Ministers ke-23 di Borobudur, Indonesia Dorong 7 Capaian Prioritas Ekonomi

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Kepulauan Riau

Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2023 di Wilayah Kepulauan Riau

Regional
Tradisi Tukudher di Kendal, Ratusan Masyarakat Berebut Membeli Telur Mimi

Tradisi Tukudher di Kendal, Ratusan Masyarakat Berebut Membeli Telur Mimi

Regional
Sekelompok Pemuda Diduga Tawuran dengan Senjata, Polres Salatiga Lakukan Penyisiran di JLS

Sekelompok Pemuda Diduga Tawuran dengan Senjata, Polres Salatiga Lakukan Penyisiran di JLS

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke