NEWS
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Kisah Penambang Timah Selam, ke Dasar Laut demi Cari Nafkah, Derita Gangguan Pendengaran

Dia disambut istri dan anaknya di depan pintu pondok.

Hari itu ada sekitar 6 kilogram pasir timah yang bisa dibawanya pulang. Pasir timah yang masih basah itu tersimpan dalam sebuah mangkok plastik.

"Alhamdulillah. Hari ini dapat enam kilogram," kata Joko Tingkir kepada Kompas.com, Minggu (31/7/2022).

Pasir timah basah dijual pada pedagang pengumpul senilai Rp 130.000 per kilogram.

Jika penambang mendapatkan 6 kilogram, maka uang hasil penjualan sebesar Rp 780.000 per hari.

Selain Joko Tingkor, ada tiga pekerja lainnya di ponton tambang yang sama.

Uang dibagi penambang setelah dikeluarkan biaya bahan bakar solar dan operasional Rp 360.000. Artinya tersisa Rp 420.000 yang kemudian dibagi empat oleh penambang.

Jika ponton tambang milik pihak lain, maka uang Rp 420.000 dibagi 50 persen untuk pemilik ponton dan 50 persen sisanya dibagi untuk empat penambang.

Tidak jarang, para penambang hanya membawa pulang uang Rp 30.000 hingga Rp 50.000 setelah bekerja seharian.

Bekerja di tengah laut dengan rakit ponton sederhana, para penambang harus berhadapan dengan ombak besar hingga serangan buaya.

Panas terik matahari hingga guyuran hujan lebat menjadi santapan sehari-hari.

Selain itu, para penambang juga kerap menderita gangguan fisik, seperti sakit pinggang, kesemutan hingga berkurangnya fungsi pendengaran.

Terkadang para penambang harus gigit jari, karena sama sekali tidak mendapatkan pasir timah.

Menurut Joko, profesi sebagai penambang selam telah dijalani selama hampir 10 tahun.

Tugas utamanya adalah menyelam di ke dalaman lima sampai enam meter. Penyelaman dilakukan di sekitar ponton tambang dengan durasi dua sampai tiga jam.

Agar bisa menyelam selama itu, sebuah selang kompresor disisipkan ke dalam masker kaca yang menutupi seluruh wajah para penambang.

Udara kemudian dipompa dari mesin diesel yang terpasang di atas ponton.

"Biasanya dalam sehari dua kali naik ke permukaan," ujar Joko.

Ayah empat anak asal Buton, Sulawesi Tenggara, itu mengaku sudah tidak memedulikan lagi kondisi fisiknya jika menyelam terlalu lama.


Bagi Joko yang terpenting adalah membawa pulang pasir timah dan mendapatkan uang untuk biaya hidup sehari-hari.

Sebagai seorang ayah, Joko berharap, anaknya bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik.

Sehingga bisa melakoni pekerjaan yang tidak berisiko tinggi seperti sang ayah.

"Zaman sekarang mau kerja apa lagi. Mudah-mudahan anak-anak bisa lebih baik," ujar Joko.

Saat berada di dasar laut, kata Joko, Ia hanya mengandalkan insting, mengarahkan selang untuk menyedot pasir timah.

Ada kalanya ia harus menggunakan rompi pemberat agar tidak terombang-ambing.

Meskipun arus di bawah laut relatif lebih tenang dibandingkan permukaan.

"Kadang kita harus berjalan di dasar laut mengarahkan selang, jadi jangan sampai melayang naik ke permukaan," ujar Joko membeberkan alasan menggunakan rompi pemberat.

Penambang selam lainnya, Ali Pelaben (50) mengatakan, pekerjaan berisiko dengan taruhan nyawa tersebut terpaksa dilakoni karena tidak memiliki pekerjaan lain.

Ali mengaku telah berkeliling ke sejumlah daerah sebagai pekerja bangunan. Namun akhirnya terdampar di Bangka dan menikah. Ia kemudian melakoni pekerjaan sebagai penambang timah selam.

Beruntung, Ali memiliki ponton tambang sendiri. Sehingga Ia bisa mempekerjakan orang lain jika merasa cukup lelah.

"Kalau pekerja lagi kosong, saya sendiri masih turun menyelam. Mau bagaimana lagi karena ini pekerjaan kita," ujar Ali.


Dari penambangan timah selam, Ali mengaku bisa membiayai kehidupan sehari-hari.

Namun satu hal yang masih dinantikan hingga saat ini, kata Ali yakni memiliki momongan.

"Untuk anak belum. Saya sama istri masih menantikannya," ujar Ali.

Selama bekerja sebagai penambang selam, Ali mengaku tidak mengalami kendala berarti.

"Memang ada yang datang minta sumbangan pada penambang, biasanya dikasih satu genggam oleh masing-masing penambang," ujar Ali.

Ali berharap harga jual timah di tingkat penambang bisa merangkak naik. Kondisi ideal harga pasir timah, kata Ali adalah Rp 200.000 per kilogram.

Sebab untuk melakukan penambangan, pekerja harus mengeluarkan biaya bahan bakar dan bagi hasil untuk empat sampai lima pekerja.

Di samping itu, penambang kadang terpaksa behenti kerja dalam waktu cukup lama karena faktor cuaca.

"Kami harapkan dari hasil menambang bisa membiayai hidup dan menabung," ucap Ali.

Pelaku tambang lainnya, Nasri mengatakan, tambang selam ponton ampung relatif lebih ramah lingkungan.

"Area sedotan pasirnya relatif lebih kecil. Setelah pompa dimatikan, pasir kembali mengendap dan air laut kembali jernih," ujar dia.

Menurut Nasri, penambang ponton apung memang banyak yang belum mengantongi izin.

Untuk itu perlu bantuan pemerintah agar penambang mendapatkan akses perizinan sehingga pekerjaan mereka terlindungi dan jelas pemasukannya untuk negara.

"Ini harus dibantu pemerintah secara aktif kalau mau ada legalisasi. Apalagi timah mendukung perekonomian daerah," ucap dia. 

https://regional.kompas.com/read/2022/08/01/125721178/kisah-penambang-timah-selam-ke-dasar-laut-demi-cari-nafkah-derita-gangguan

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Raih Penghargaan PPKM Award 2023, Pemkot Makassar Buktikan Keberhasilan Program Makassar Recover

Raih Penghargaan PPKM Award 2023, Pemkot Makassar Buktikan Keberhasilan Program Makassar Recover

Regional
Raih Penghargaan pada Baznas Award 2023, Ganjar: Saya Berikan untuk Baznas Jateng

Raih Penghargaan pada Baznas Award 2023, Ganjar: Saya Berikan untuk Baznas Jateng

Regional
Bupati Maluku Barat Daya Hadiri RUPS Bank Maluku-Malut, Ini Agenda yang Dibahas

Bupati Maluku Barat Daya Hadiri RUPS Bank Maluku-Malut, Ini Agenda yang Dibahas

Regional
Menakar Vonis Hakim dalam Tragedi Kanjuruhan

Menakar Vonis Hakim dalam Tragedi Kanjuruhan

Regional
Komitmen Dukung JKN, Pemkab Maluku Barat Daya Raih UHC Award 2023

Komitmen Dukung JKN, Pemkab Maluku Barat Daya Raih UHC Award 2023

Regional
Dompet Dhuafa dan The Harvest Panen Tambak Gurame di DD Farm Indramayu

Dompet Dhuafa dan The Harvest Panen Tambak Gurame di DD Farm Indramayu

Regional
Kota Makassar Masuk Nominasi Nasional PPD 2023

Kota Makassar Masuk Nominasi Nasional PPD 2023

Regional
Bertemu Empat Mata, Bupati Tamba dan Walkot Gibran Bahas Kerja Sama Bidang Budaya dan UMKM

Bertemu Empat Mata, Bupati Tamba dan Walkot Gibran Bahas Kerja Sama Bidang Budaya dan UMKM

Regional
Menggagas Komisi Antisipasi Konflik di Maluku

Menggagas Komisi Antisipasi Konflik di Maluku

Regional
Pemprov Kaltim Raih Dua Penghargaan APBD Award, Gubernur Isran: Berkat Peran Aktif Masyarakat

Pemprov Kaltim Raih Dua Penghargaan APBD Award, Gubernur Isran: Berkat Peran Aktif Masyarakat

Regional
Ganjar Pastikan Sudah Gerak Cepat Tangani Kerusakan Jalan di Jateng

Ganjar Pastikan Sudah Gerak Cepat Tangani Kerusakan Jalan di Jateng

Regional
Rakorsus 2023, Diskominfo Paparkan 7 Inovasi dan Kontribusi untuk Resiliensi Kota Makassar

Rakorsus 2023, Diskominfo Paparkan 7 Inovasi dan Kontribusi untuk Resiliensi Kota Makassar

Regional
99,8 Persen Penduduk Jembrana Terdaftar JKN, Pemkab Jembrana Raih UHC Awards 2023

99,8 Persen Penduduk Jembrana Terdaftar JKN, Pemkab Jembrana Raih UHC Awards 2023

Regional
Sebanyak 235.000 Anak Sekolah Makassar Bakal Nikmati Pendidikan dengan Metode Gasing

Sebanyak 235.000 Anak Sekolah Makassar Bakal Nikmati Pendidikan dengan Metode Gasing

Regional
Danny Pomanto Ingin Bangun Kota Resiliensi, Sombere and Smart City lewat Rakorsus 2023

Danny Pomanto Ingin Bangun Kota Resiliensi, Sombere and Smart City lewat Rakorsus 2023

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke