Dari penambangan timah selam, Ali mengaku bisa membiayai kehidupan sehari-hari.
Namun satu hal yang masih dinantikan hingga saat ini, kata Ali yakni memiliki momongan.
"Untuk anak belum. Saya sama istri masih menantikannya," ujar Ali.
Selama bekerja sebagai penambang selam, Ali mengaku tidak mengalami kendala berarti.
"Memang ada yang datang minta sumbangan pada penambang, biasanya dikasih satu genggam oleh masing-masing penambang," ujar Ali.
Baca juga: Diduga Ilegal, 536 Balok Timah Seberat 8,8 Ton dari Rumah Warga di Bangka Tengah Disita
Ali berharap harga jual timah di tingkat penambang bisa merangkak naik. Kondisi ideal harga pasir timah, kata Ali adalah Rp 200.000 per kilogram.
Sebab untuk melakukan penambangan, pekerja harus mengeluarkan biaya bahan bakar dan bagi hasil untuk empat sampai lima pekerja.
Di samping itu, penambang kadang terpaksa behenti kerja dalam waktu cukup lama karena faktor cuaca.
"Kami harapkan dari hasil menambang bisa membiayai hidup dan menabung," ucap Ali.
Pelaku tambang lainnya, Nasri mengatakan, tambang selam ponton ampung relatif lebih ramah lingkungan.
"Area sedotan pasirnya relatif lebih kecil. Setelah pompa dimatikan, pasir kembali mengendap dan air laut kembali jernih," ujar dia.
Baca juga: 5 Penembak Istri Kopda Muslimin Dilumpuhkan dengan Timah Panas dan Terancam Hukuman Mati
Menurut Nasri, penambang ponton apung memang banyak yang belum mengantongi izin.
Untuk itu perlu bantuan pemerintah agar penambang mendapatkan akses perizinan sehingga pekerjaan mereka terlindungi dan jelas pemasukannya untuk negara.
"Ini harus dibantu pemerintah secara aktif kalau mau ada legalisasi. Apalagi timah mendukung perekonomian daerah," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.