Tak aneh, jika ada orang yang berjalan, selalu berhenti terlebih dahulu ketika ada kendaraan melintas, lantaran takut terhempas atau terserempet.
"Lebar trotoarnya hanya 60 cm saja, ya kalau ada yang jalan kaki khawatir, saya kalau lagi di sini juga suka tegang lihatnya, takut terserempet, kadang kalau kendaraannya ngebut kan anginnya juga kenceng," tambahnya.
Kondisi trotoar yang seperti itu, sambung dia, membuat warga sekitar jarang berjalan kaki melintasi jembatan tersebut.
"Memang jarang orang lewat jalan kaki ke situ, tapi suka ada. Jadi khawatir, penghalangnya juga ada yang rusak," kata Wiwi.
Baca juga: Bank di Jalan Asia Afrika Bandung Dibobol Maling, 6 Komputer Hilang
Jembatan Nanjung tersebut juga kerap menimbulkan kemacetan, lantaran kondisi aspal yang sudah rusak.
Wiwi menyebut, kendaraan kadang memperlambat kecepatan karena aspal di jalan tersebut tidak memadai.
"Sekarang memang sudah diperbaiki, hanya ditambalin saja, itu juga baru kemarin-kemarin. Kami mah berharap, kalau diperbaiki sekalian saja, jangan tanggung, jangan sedikit-sedikit, kan bukan pakai uang pribadi juga," ungkapnya.
Kondisi semakin mengkhawatirkan, ketika malam hari. Ia menuturkan, tak ada satu pun lampu penerangan jalan di sepanjang jembatan tersebut.
"Jembatan ini dulu sepi, sekarang mah sudah aktif, tapi sayang malam hari juga kurang penerangan, jadi gelap, bahkan dulu kan di sini rawan," beber dia.
Sementara salah seorang petugas Binamarga dan Penataan Ruang, Provinsi Jawa Barat, yang enggan disebutkan namanya mengatakan, getaran yang ditimbulkan ketika kendaraan melintas merupakan hal wajar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.