Jalanan di wilayah tersebut dikenal sebagai jalanan kerbau, karena sangat berlumpur dan menjadi kubangan kerbau warga setempat.
‘’Aktivitas warga menggunakan kerbau. Mereka ambil barang atau belanja dengan kerbau. Termasuk mengangkut orang sakit juga kadang kadang menggunakan jasa kerbau, selain digotong dengan usungan tentunya,’’kata Liantoni.
Baca juga: Demi Ikut ANBK, Murid SD di Pelosok Krayan Kaltara Jalan Kaki 7 Jam Tembus Hutan Berlintah
Kesulitan warga perbatasan memang sangat kompleks. Tak hanya akses jalan yang tidak ada, kebutuhan pokok juga sulit didapat.
Dalam kasus jenazah Amos yang digotong beramai ramai, katanya, almarhum diterbangkan dari Kabupaten Malinau menuju Bandara Long Bawan Krayan.
RSUD Malinau memiliki jarak dan akses lebih mudah dijangkau dari Krayan ketimbang RSUD Nunukan.
‘’Warga tersebut meninggal di RSUD Malinau akibat sakit komplikasi yang dideritanya. Keluarga mencarter pesawat untuk membawanya pulang ke Krayan dan biayanya tentu saja tidak murah,’’katanya.
Untuk carter pesawat perintis membawa jenazah dari Malinau ke Bandara Long Bawan, Krayan, warga harus merogoh Rp 14 juta.
Dari Bandara Krayan, jenazah Amos harus kembali dinaikkan dalam mobil menuju Long Umung, dengan biaya termurah mendekati satu juta rupiah jika jalanan kering.
Jika hujan, maka ongkos mobil menjadi dua kali lipat, karena jalanan penuh lumpur. Hanya mobil double kabin yang biasanya digunakan masyarakat di Krayan.
Sampai di Long Umung, warga Desa Wa’yagung atau Bungayan, akan menjemput jenazah dengan tandu dan mengusungnya bergantian melewati hutan yang biasanya ditempuh dalam satu hari perjalanan.
Liantoni menjelaskan, proses pembuatan akses jalan ke dua desa dalam hutan di Krayan, telah berlangsung mulai 2017.
‘’Hanya saja memang tidak pernah selesai karena kendala jembatan gantung di atas sungai yang memiliki lebar sekitar seratusan meter. Tahun ini, ada juga rencana pembangunan jalan. Kita hanya bisa berharap, pembangunan bisa dilakukan dan keterisoliran masyarakat terurai perlahan,’’kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.