Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Peternak Madu di Gunungkidul Ungkap Manfaat Program “Grant Making” Dompet Dhuafa

Kompas.com - 08/06/2022, 20:57 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

“Masa yang paling banyak menghasilkan madu tentu saat musim semi, karena bunga-bunga dan daun-daun tumbuh dengan lebat,” ujarnya.

Baca juga: Pabrik Madu Oplosan di Palembang Digerebek Polisi, 2 Orang Ditangkap

Meski tergantung musim, lanjut Budi, Dompet Dhuafa dan para anggota komunitas Omah Madu berupaya untuk terus mendapatkan panen meski bukan pada musimnya.

Ia menjelaskan, Dompet Dhuafa mulanya memberikan bantuan sebanyak 150 kotak beserta isi koloni lebah di dalamnya.

“Hampir satu tahun berlangsung, panen pertama mendapatkan 32 liter madu. Jika dikali dengan harganya senilai Rp 600.000, maka hasil yang diperoleh adalah sekitar Rp 19,2 juta per panen," ucap Budi.

Setiap kali panen, sebut dia, koperasi dan masing-masing anggota menyisihkan dana untuk tabungan di koperasi.

Baca juga: Genjot Produksi Susu, Peternak Sapi Perah Didorong Jadi Anggota Koperasi

Komunitas Omah Madu sendiri menamai produk mereka dengan label “Madu Masigama” yang diambil dari kepanjangan Madu Asli Wanagama. Pasalnya, madu ini diambil dari Hutan Wanagama.

Menurut Budi, madu Masigama sementara ini paling banyak laku pada skala lokal di Gunungkidul.

Meski demikian, kata dia, Omah Madu bersedia mengirim beberapa pesanan dari luar daerah apabila ada kelebihan stok.

“Waktu itu pernah ragu, apa madu seharga Rp 600.000 bisa laku. Ternyata malah banyak peminatnya. Dari segi kualitas, madu Masigama memang banyak diakui oleh para penikmat madu,” imbuh Budi.

Baca juga: Teh Madu dan Iklan Layanan Masyarakat, Cara Korut Hadapi Covid-19

Kendala yang dialami

Dari kabar positif tersebut, Budi mengungkapkan beberapa keluhan para peternak lebah, yaitu ketika koloni lebah minggat atau kabur dari kotak sarang yang disediakan.

Apalagi, kata dia, jika kotak tersebut belum banyak menghasilkan panen madu. Sebab, mengundang sekelompok koloni lebah datang dan betah sangatlah sulit.

“Hal yang kami sedihkan itu kalau ada kotak yang belum banyak dipanen tapi lebah-lebahnya sudah pergi. Ya bagaimana lagi, ternak madu itu tidak seperti ternak hewan-hewan lain. Kalau tidak nyaman sedikit ya pergi,” jelas Budi.

Baca juga: Cara Menyimpan Madu dengan Benar agar Tetap Enak

Guna memperkuat komunitas Omah Madu serta memperluas pemberdayaan, ia pun mencoba bergabung dengan beberapa komunitas madu lainnya, baik skala lokal maupun nasional.

Melalui pengamatannya, Budi menilai bahwa Masigama adalah madu dengan kualitas terbaik di antara madu hutan lainnya.

“Saya tergabung dalam beberapa komunitas madu di Gunung Kidul dan juga luar Gunungkidul. Saya sengaja beli beberapa produk madu. Saya coba tes dengan madu Masigama dan hasilnya pun masih Masigama yang terbaik,” imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com