Menganyam noken
Bernadeta Natuapoka, salah satu mama yang kini sudah berusia 82 tahun masih aktif menganyam noken asli Suku Kamoro. Ia tinggal bersama anak-anak dan cucu-cucunya.
Memanfaatkan halaman depan rumahnya di SP 04, Distrik Wania, Kabupaten Mimika, Papua, Mama Bernadeta begitu serius menganyam noken. Meski matanya sudah rabun dan tidak melihat dengan jelas, senyumnya masih mengembang ketika mengayam noken.
Kedua tangan Mama Bernadeta memegang noken sambil menganyamnya. Noken yang dianyam wanita paruh baya ini adalah noken yang berasal dari kulit kayu pohon waru.
Baca juga: Sempat Berbelanja, Jokowi Borong Noken di Jayapura
Mama Bernadeta melepaskan sejenak anyaman nokennya, lalu berdiri dan berjalan ke dalam rumahnya guna mengambil dua buah noken asli Kamoro hasil anyamannya yang sudah jadi.
“Noken berukuran sedang ini dalam sehari saya bisa anyam selesai. Jika tidak ke mana-mana, maka dalam sehari saja nokennya sudah jadi,” ungkapnya sambil menunjukkan dua noken yang telah dibuatnya tersebut.
Baca juga: Cuplikan Film Si Tikam Noken Picu Kontroversi, Ini Kata Tokoh-tokoh di Papua
Bagi mama Bernadeta, menganyam noken Suku Kamoro merupakan pekerjaannya sehari-hari, sehingga tak heran untuk membuatnya tidak sulit baginya.
“Noken begini kalau mama tidak jalan, maka dalam sehari saja sudah jadi. Tapi kalau mama ada keluar jalan, maka bisa dua hari sudah jadi,” ucapnya.
Noken asli Kamoro ini dijual oleh Mama Bernadeta dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per noken. Jika ada yang ingin membelinya, bisa langsung datang ke rumah Mama Bernadeta. Ia tidak biasa menjualnya seperti penjualan noken lainnya.
“Saya tidak biasa jual di pasaran seperti di depan pertokoan atau di pinggir jalan. Biasa kalau ada yang membeli, maka datang langsung membelinya di rumah. Kalau tidak ada yang biasa pesan, maka saya langsung membuatnya,” ungkapnya.
Butuh regenerasi
Sayangnya, keterampilan menganyam noken ini tidak diteruskan oleh Mama Bernadeta yang kini berusia hampir satu dekade ini kepada anak-anak dan cucu-cucunya.
Bukannya tidak mau meneruskan, menurut Mama Bernadeta, anak dan cucunya tidak mau belajar dan melihat langsung proses cara membuat noken asli Suku Kamoro.
“Anak-anak dan cucu-cucu tidak bisa menganyam noken. Mereka malah bekerja yang lain. Ada yang jualan lain dan tidak bisa menganyam noken,” katanya.