Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program Beri Makan 3.984 Anak Selama 180 Hari, Bupati Sikka: Presiden Sangat Senang...

Kompas.com - 29/03/2022, 13:39 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diego mengeklaim strategi penanganan stunting dengan memberi 3.984 anak selama 180 hari mendapat respons positif dari Presiden Jokowi.

Bupati yang kerap disapa Robi Idong ini mengatakan, strategi itu sudah dipaparkan Sekretaris Daerah (Sekda) Sikka Adrianus Firminus Parera di hadapan Jokowi.

"Bapak Presiden sangat senang dengan rancangan ini. Beliau (Jokowi) mengangguk angguk. Ini metode yang benar," ujar Robi Idong di Aula SCC Maumere, Senin (28/3/2022).

Ia mengatakan, penerapan program memberi makan anak-anak selama 180 hari itu bukan karena takut dengan ancaman Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat.

Sebelumnya, Viktor mengancam para kepala daerah yang tidak mampu menurunkan angka stunting.

"Tidak, bukan itu. Ini kita sudah mempersiapkan jauh-jauh hari," ujarnya.

Robi Idong mengatakan, Pemkab Sikka menargetkan angka stunting di Sikka turun menjadi 9,9 persen pada November 2022.

Baca juga: Tekan Angka Stunting, Bupati Sikka Akan Beri Makan 150 Anak Selama 180 Hari

Untuk itu, pihaknya sudah mempersiapkan strategi khusus selama 180 hari ke depan.

"Kita akan intervensi aksi ini dimulai 1 April 2022 dan akan selesai bulan Oktober 2022. Kurang lebih 3984 anak yang harus kita intervensi," ujarnya.

Aksi tersebut, kata Robi Idong, adalah gerakan bersama. Pemerintah sudah menyiapkan anggaran mulai dari tingkat desa hingga kabupaten.

"Tinggal butuh semangat selama 180 hari. Nanti akan ada rapat khusus dengan Forkompinda untuk memastikan setiap anak diberi makan setiap hari selama 180 hari berturut-turut," katanya.

Ia mengatakan, pelaksanaan program penanganan stunting akan dipantau langsung oleh bupati dan wakil bupati Sikka, untuk memastikan 3.984 anak diberi makan.

"Bupati akan mendapatkan laporan setiap hari. Dan ini tanggung jawab mutlak bagi pimpinan wilayah, camat, kepala desa, dan lurah," tegasnya.

 

Ia juga menambahkan, prevalensi stunting di Kabupaten Sikka sebesar 19,1 persen pada Agustus 2020. Pada 2021, turun menjadi 18,2 persen. Dan, pada Februari 2022, turun menjadi 17,1 persen.

Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang menempatkan Sikka sebagai daerah dengan status kuning dengan prevalensi stunting antara 20 hingga 30 persen.

Menurun tetapi Tidak Signifikan

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Kabupaten Sikka, dr Maria Bernadina Sad Nenu mengatakan, angka stunting di Sikka cenderung menurun selama tiga tahun terakhir.

Baca juga: Soal Kasus Kematian ASN di Sikka, Polisi Otopsi Jenazah yang Sudah Dikubur

Bernadina menyebut, pada Agustus 2020 prevalensi stunting di Kabupaten Sikka sebesar 19,1 persen, pada 2021 18,2 persen, dan hingga Februari 2022 sebesar 17,1 persen.

"Prevalensi stunting memang memperlihatkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahunnya, tetapi tidak signifikan," ujarnya.

Dikatakan, menurunnya prevalensi stunting di Kabupaten Sikka tidak lepas dari intervensi semua pihak. Apalagi sejak 2019, Sikka telah ditetapkan sebagai salah satu dari 160 kabupaten/kota prioritas intervensi stunting nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Regional
Cabuli Anak Tiri Saat Istri Tak di Rumah, Pria di Agam Ditangkap Polisi

Cabuli Anak Tiri Saat Istri Tak di Rumah, Pria di Agam Ditangkap Polisi

Regional
BPBD Minta Warga Lebak Waspadai Hujan Lebat di Malam Hari

BPBD Minta Warga Lebak Waspadai Hujan Lebat di Malam Hari

Regional
Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Regional
2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

Regional
Aniaya 2 'Debt Collector', Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Aniaya 2 "Debt Collector", Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Regional
Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Regional
Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Regional
Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com