Jumri yang sudah bertahun-tahun menjadi penjual sembako mengakui minyak goreng Malaysia memang jauh lebih mudah diperoleh ketimbang minyak goreng lokal yang didistribusikan Pemerintah RI, dari Surabaya atau Sulawesi.
Masyarakat Nunukan juga lebih memilih membeli minyak goreng Malaysia. Selain sudah terbiasa, kualitas dan harganya juga sama saja.
"Lebih ke gampang dapatnya ya. Karena Nunukan itu lebih banyak minyak goreng Malaysianya. Jadi masyarakat sudah terbiasa pakai Malaysia punya. Kalau rasa masakan, harga atau kualitas, tidak ada bedanya," kata Jumri.
Baca juga: 2 Pekan Tak Jualan karena Minyak Goreng Langka, Sumini Terpaksa Hanya Makan Bubur
Kondisi penurunan harga minyak goreng ini diamini oleh Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Nunukan.
Pengawas Perdagangan pada Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan Nunukan Abdul Rahman tidak membantah minyak goreng Malaysia jauh lebih dominan.
"Perbandingannya memang lebih banyak Malaysia punya. Saat ini malah minyak goreng dari distributor Surabaya kosong, kita paling ambil dari Sulawesi dengan jumlah sedikit," katanya.
Selain itu, kedatangan minyak goreng ke Nunukan juga jauh lebih intens yang dari Malaysia.
Baca juga: Pastikan Stok Aman, Kapolda Lampung Minta Masyarakat Tak Belanja Minyak Goreng Berulang Kali
Pedagang lokal mendatangkan puluhan ton setiap harinya, dari Malaysia.
Skema perdagangan lokal yang masih berlaku, menjadi keuntungan dan berkah tersendiri bagi wilayah perbatasan negara, melihat kondisi kelangkaan minyak goreng di Indonesia.
Sementara itu, minyak goreng lokal, hanya datang saat kedatangan kapal laut, setiap Senin dan Jumat.
"Kalau bicara harga, kurang lebih sama saja, entah itu yang lokal atau Malaysia punya. Cuma memang kalau naik turunnya harga, tergantung kondisi, kalau mudah didapat akan turun. Sekarang harga di pengecer masih ada yang Rp 20.000. Kalau normal, biasanya memang antara Rp 23.000 sampai Rp 24.000 per liter," jelasnya.
Baca juga: Antisipasi Kelangkaan Minyak Goreng, Kapolda NTT Akan Rutin Periksa Gudang Distributor
Ia menambahkan, amannya stok minyak goreng di Nunukan memang hal yang patut disyukuri.
Meski Kabupaten di wilayah perbatasan RI – Malaysia ini belum pernah merasakan program minyak goreng satu harga, tapi kebijakan perdagangan tradisional lintas batas, masih menjadi kebijakan yang arif dan menguntungkan.
"Untuk kapan Kabupaten Nunukan merasakan harga minyak Rp 13.500 per liter yang menjadi program nasional, kita masih menunggu juga. Intinya, Nunukan belum mendapat jatah untuk itu (program minyak goreng satu harga). Kita masih terus koordinasi terkait itu," kata Rahman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.