Awalnya SD hanya di Yuruf
Mengingat jarak tempuh dari Kampung Akarenda ke SD YPPK Amgotro-Yuruf yang cukup jauh, maka pada 2017 SD kelas jauh milik YPPK ini dibangun di Kampung Akarenda.
Anak-anak yang berada di Kampung Akarenda dan Nindifae biasanya datang ke Kampung Yuruf untuk menempuh pendidikan di SD YPPK Amgotro-Yuruf.
“Sebelum adanya jalan, kami biasa jalan kaki sekitar 3-4 jam dari Kampung Akarenda untuk menempuh pendidikan di SD YPPK Amgotro-Yuruf di Kampung Yuruf,” kata salah satu alumnus SD YPPK Amgotro-Yuruf, Avelinus Korey.
Saat ini, sudah ada jalan raya menuju Akarenda. Meski jalan belum diratakan dengan baik, masyarakat bisa menempuh perjalanan menggunakan mobil dobel gardan.
Selain itu, sudah dibukanya SD kelas jauh di Akarenda, dapat mempermudah anak-anak untuk bersekolah, dibandingkan harus ke Kampung Yuruf yang cukup jauh.
“Memang jalan sudah masuk, tetapi hanya bisa dilalui mobil-mobil tertentu. Jika hujan kendaraan tidak bisa lewat. Nanti kalau panas baru bisa lewat pakai kendaraan ke kampung,” ujar Avelinus.
Avelinus yang kini sudah mahasiswa itu masih ingat bagaimana ia dan teman-teman harus berjalan kaki dari Kampung Akarenda menuju Kampung Yuruf.
“Nanti kami sekolah di Yuruf sampai libur semester barulah kami akan berjalan kaki kembali ke kampung di Akarenda dan Nindifae untuk berlibur,” ucapnya.
Baca juga: 9 Tahun Jadi Buronan, Terpidana Korupsi Dinas Pendidikan Kabupaten Keerom Ditangkap di Bali
Hanya dua guru pembantu
Sejak dibukanya SD YPPK kelas jauh di Kampung Akarenda pada 2017 hingga saat ini, hanya ada dua guru pembantu yang dengan hati melayani dan mengajar anak-anak dari dua kampung ini di Akarenda.
Mereka adalah Ardilaus Orambe dan Moses Balia. Mereka dengan sukarela mengajar anak-anak di SD kelas jauh Akarenda.
“Ada 2 orang guru pembantu ini bernama Ardilaus Orambe yang merupakan orang asli Akarenda dan Moses Balia yang berasal dari Kampung Nindifae di PNG, namun Moses sendiri sudah lama menetap di Akarenda,” kata Avelinus.
Guru Moses Balia merupakan anak asli Nindifae di PNG, tetapi telah bersekolah dan menyelesaikan pendidikan selama ini, mulai dari SD, SMP dan SMA di Indonesia, sehingga kembali menetap di Kampung Akarenda.
Tak hanya itu, Guru Moses memiliki keturunan dari Akarenda. Bapaknya berasal dari Kampung Nindifae di PNG dan mamanya berasal dari Amgotro di Akarenda, sehingga saat ini memilih untuk menetap di kampung di mana mamanya berasal.
“Saya sendiri berasal dari Kampung Nindifae, tetapi karena sudah sekolah dan besar di Kampung Akarenda,” kata Guru Moses dalam video berdurasi 29.59 menit yang ditayangkan melalui youtube milik SKPCK Fransiskan Papua.
Kedua guru ini mengajar dengan sukarela tanpa mendapatkan gaji yang jelas dari pemerintah ataupun pihak swasta. Mereka hanya mendapatkan honor yang diberikan dari Kepala Sekolah (Kepsek) SD YPPK Amgotro-Yuruf, itu pun tidak setiap bulan mereka dapatkan.
“Kami ajarkan adek-adek (anak-anak) dengan sukarela. Kami mengabdi dengan tulus, karena mereka ini adek-adek kami, sehingga kalau bukan kita yang mengajar mereka siapa lagi,” kata Moses dalam video tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.