Munir drop out (DO) di semester dua lantaran saat itu ia tidak mampu membiayai hidup dan biaya kuliah.
"Munir ditinggal mati oleh ibunya, kemudian ayahnya menikah lagi, bisa dibayangkan bagaimana kondisinya saat itu," ucap Iip.
Baca juga: Klaster Sekolah Pertama di Garut, 6 Siswa SMK Positif Covid-19
Setelah sang ibunya meninggal dunia, beberapa tahun kemudian ayahnya pun meninggal. Sejak saat itu kehidupan Munir tak menentu dan ia diketahui lebih sering menyendiri.
"Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, hidupnya banyak yang berubah mungkin tekanan mental dialaminya sejak saat itu," ucapnya.
Iip mengatakan Munir kemudian mengajar di SMPN 1 Cikelet Garut pada tahun 1996 hingga 1998 sebagai guru fisika.
Dari keterangan polisi, gaji selama dua tahun Munir mengajar tidak dibayarkan oleh pihak sekolah hingga ia nekat membakar sekolah tersebut karena kecewa.
Gaji Rp 6 juta itu tidak dibayarkan selama 24 tahun lamanya.
Baca juga: Wacana Penghapusan Tenaga Honorer 2023, Guru Honorer di Jabar Resah
SI menyadari saudaranya itu mengalami tekanan mental yang kuat sehingga kejiwaannya diduga terganggu.
"Padahal orangnya cerdas sekali, saya tahu itu, mungkin tekanan hidupnya yang membuat dia seperti ini."
"Saya yakin saudara saya ini melakukan pembakaran sekolah itu dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar," kata dia.
"Saya tahu betul beliau dan tahu betul apa yang selama ini dialaminya, semoga masih ada keadilan," ujarnya.
Baca juga: Kisah Irma Sinaga, Guru Honorer Pejuang Literasi dari Tebo Jambi
Iip mengatakan bersama Komunitas Generasi Muda Cikelet sudah melakukan musyawarah untuk membantu kehidupan Munir kedepannya.
Ia menghimpun donasi untuk membantu meringankan beban yang selama ini dialami oleh Munir.
"Dari awal dia ditahan di Polsek Cikelet juga kita sudah musyawarah, mendampingi proses hukumnya juga, termasuk perawatan di RSJ," kata Iip.
Baca juga: Mengaku Khilaf, Guru SD di Buton Minta Maaf Hukum Siswa Makan Sampah
"Kang Munir harus punya aktivitas produktif pasca bebas, karena sejatinya dia cerdas dan unggul, semoga Allah mudahkan semuanya," ungkap pria yang juga dosen di ISBI Bandung itu.