Namun orangtuanya terus mendorong, agar Jeni tetap sekolah dan menjadi polisi.
Dorongan dari orangtua membuat Jeni kuat. Terutama saat mengalami perundungan di SDN 171/VI Pauh Menang.
Tidak hanya di sekolah dasar, perundungan dialami Jeni saat di SMP Negeri 11 Merangin. Tentunya dilakukan siswa lainnya, tanpa sepengetahuan guru.
Anak dari Tumenggung Ngilo, Pemimpin Orang Rimba ini pun tidak mau memperpanjang masalah dan memilih menyimpan pahitnya perundungan selama 9 tahun, SD sampai SMP.
"Mereka mengejek saya, kubu (Orang Rimba) dak layak sekolah, apalagi bercita-cita jadi polisi. Mimpi," kata Jeni menirukan ejekan siswa lain di sekolahnya.
Baca juga: Mensos Risma Sahkan 3.000 Orang Rimba Jadi WNI, Sempat Tawarkan Rumah tapi Ditolak
Pernah pada satu titik, kata Jeni dia hampir menyerah untuk tidak lagi bersekolah dan akan menghapus cita-citanya menjadi polisi, karena perundungan dari teman-temannya di sekolah.
Namun hasrat menjadi polisi kembali menguat, saat ada polisi yang datang ke tempat Jeni, mengajar baca, tulis dan hitung.
"Tidak hanya anak-anak. Termasuk orangtua diajari Pak Polisi membaca dan berhitung," kata Jeni menjelaskan.
Lelaki pemegang sabuk Mori di padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate ini mengaku tidak dendam dengan perundungan saat di sekolah.
Menurut dia, perundungan itu malah membuat dia semakin kuat, untuk menjadi polisi.
Dengan menjadi polisi, dia meyakini akan menghapus stigma dan diskriminasi terhadap Orang Rimba.
"Pandangan rendah dan negatif terhadap Orang Rimba perlahan akan berkurang bahkan bisa hilang," kata Jeni.
Alumni SMK Negeri 10 Merangin ini juga telah meminta kepada atasannya, untuk bisa ditempatkan di daerah asalnya, yakni Polsek Pamenang.
Penempatan di daerah asal, kata Jeni akan membuat dirinya menjadi contoh, sumber motivasi anak-anak dan sosok yang bisa mengayomi Orang Rimba.
"Kalau ditempatkan di daerah asal, saya bisa bantu meningkatkan pendidikan anak-anak Rimba. Terutama masalah hukum," terang Jeni.
Ia mencontohkan agar mengedukasi Orang Rimba agar tidak sembarangan membawa senjata api rakitan, seperti yang umumnya terjadi.
Tidak hanya itu, banyak persoalan hukum lainnya seperti tertib berkendara.
Hal senada diungkap Orang Rimba lainnya yang juga menjadi polisi tahun ini.
Perbal dan Sarif mengaku tertarik bergabung untuk menjadi anggota Polri untuk menunjukkan bahwa warga SAD sama dengan masyarakat pada umumnya yang mampu bersaing dan berkontribusi bagi bangsa dan negara.