"Kami ingin mengangkat harkat dan martabat keluarga. Itulah motivasi kami ingin jadi polisi," kata Perbal bulan Juli lalu.
Baca juga: Perempuan Orang Rimba Keberatan, Rombongan Kunjungan Dadakan Mensos Risma Mau Ambil Foto
Dirinya akan mendorong adik-adiknya untuk sekolah, meningkatkan pola pikir dan kualitas keterampilan agar dapat bersaing dengan masyarakat umum lainnya.
Sejauh ini, sambung Perbal, baru 50 persen masyarakat SAD yang mengetahui tentang pendidikan kepolisian.
Perbal adalah anak rimba yang mengawali pendidikannya dengan belajar baca tulis hitung bersama fasilitator pendidikan Komunitas Konservasi Indonesia Warsi di Taman Nasional Bukit Duabelas.
Setelah memiliki kemahiran baca tulis dan hitung yang menjadi pokok materi pelajaran bersama KKI Warsi, Perbal dijembatani untuk bersekolah di sekolah formal.
Jadilah Perbal tercatat sebagai siswa kelas jauh SD Air Panas Kecamatan Air Hitam Sarolangun dan dilanjutkan ke SMP 12 Sarolangun, Kecamatan Air Hitam, juga dengan metode kelas jauh.
“Keberhasilan anak-anak rimba melanjutkan pendidikan kedinasan di kepolisian republik Indonesia, merupakan kado yang paling indah di Hari Anak Nasional 2021 ini,” kata Jauharul Maknun, salah satu guru Rimba KKI Warsi belum lama ini.
Guru Perbal dalam rimba ini mengatakan kelanjutan pendidikan di kepolisian ini, diharapkan akan menjadi motivasi bagi anak rimba lainnya untuk terus belajar dan giat meraih cita-cita.
Pun demikian dengan Tumenggung Ngilo, orangtua Jeni, berharap pendidikan anaknya yang sudah berlangsung 12 tahun ini mampu membangkitkan semangat anak rimba lainnya untuk terus sekolah.
Jeni sudah menempuh pendidikan sekolah formal sejak 2008, kata dia. Waktu itu, kelompok Ngilo secara posisi penghidupan sudah sangat dekat dengan masyarakat transmigrasi dan desa Melayu.
Hanya saja anak-anak rimba masih belum bisa bersekolah karena adanya perbedaan yang tajam antara anak rimba dan anak transmigrasi.
Untuk tahap awal Warsi melakukan sosialisasi pentingnya pendidikan kepada Orang Rimba, untuk memotivasi mereka belajar dan mau menyekolahkan anaknya.
Sedangkan ke pihak sekolah dan wali murid di sekolah yang dituju juga dilakukan sosialisasi supaya menerima anak-anak rimba dengan baik.
Sebelum sekolah formal, anak-anak rimba diberi pembekalan pendidikan awal, seperti pengenalan huruf dan angka.
Yang paling penting juga untuk menyesuaikan dengan kehidupan luar, misal mandi dan sikat gigi sebelum sekolah, itu yang dilakukan fasilitator pendidikan Warsi saat itu.
Harapan Ngilo, dengan menyekolahkan anak sejak 12 tahun lalu, meski dengan segala keterbatasan, banyak dukungan dari para pihak, terutama kepolisian dari Polsek Pamenang, yang membantu mereka, sehingga Jeni bisa mengikuti pendidikan polisi.
“Bisa menjadi contoh yang lain, semangat untuk sekolah, kalau kita belajar dan sungguh-sungguh, mudah-mudahan ada hasil,” tutup Ngilo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.