BANDUNG, KOMPAS.com - Sumber energi terbarukan di Jawa Barat sangat melimpah. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.
Berdasarkan data baseline energi primer dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Barat, potensi geothermal atau panas bumi di Jabar mencapai 5.924 MW.
Saat ini, yang baru termanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) baru 1.219 MW.
Baca juga: Ridwan Kamil Akui Daerah Masih Bingung Kembangkan Energi Terbarukan
Sementara untuk tenaga surya, intensitas radiasi di Jabar mencapai 2,56 –4,15 KWh/M², sedangkan yang termanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hanya 584 KWp.
Adapun sumber energi dari angin dan gelombang laut belum dimanfaatkan secara signifikan.
Kepala Dinas ESDM Jabar Bambang Rianto mengatakan, saat ini masih banyak potensi energi di Jabar yang masih bisa digarap. Namun, faktor regulasi jadi kendala.
Baca juga: Kapolda Jabar Pastikan Tak Ada Penyekatan Jalan Saat Nataru
"Terkait dengan perizinan dan peraturan dan kewenangannya ada di pusat. Kita sendiri berusaha membantu sesuai dengan kewenangan kita. Jadi perizinan yang sifatnya regional kita bantu," kata Bambang dalam kegiatan Diskusi Energi Baru Terbarukan di Kota Bandung, Senin (20/12/2021).
Kendati demikian, berbagai upaya untuk mengurangi emisi karbon terus dilakukan.
Dalam waktu dekat, Pemprov Jabar berencana membangun pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) secara komunal di daerah terpencil atau yang belum teraliri listrik oleh perusahaan listrik negara (PLN).
Bambang menjelaskan, satu tower PLTB ini akan cukup untuk menghasilkan listrik dengan daya 5,5 KiloWatt (Kw).
Daya sebesar ini cukup digunakan sekitar enam kepala keluarga (KK).
"PLTB Komunal itu salah satu kebijakan Pak Gubernur. Kita menjalin kerja sama dengan suatu perusahaan sebagai bentuk inovasi sekaligus pelayanan (pada masyarakat)," ujarnya.
Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Jabar Slamet Mulyanto Sudarsono mengatakan, proyek itu bakal dibangun di kawasan Walini Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Kemudian dua titik Desa Sukamaju dan Karangtengah, Kabupaten Bogor serta di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda, Bandung.
"Ini rencana kita bangun yang pertama pada 2022. Cuman bulannya belum tahu. Titiknya juga belum tentu di Walini," ujar Slamet.