Melalui peta tersebut, terlihat area mana saja yang rawan terhadap bencana dan area mana saja yang relatif aman dari bencana.
"Hal ini juga penting karena sekarang dengan kondisi saat ini di mana ada masyarakat yang terdampak erupsi kemarin jadi memerlukan data-data terkait jalur evakuasi dan juga tempat-tempat relokasi atau penampungan pengungsi sementara yang aman," terang dia.
Adapun lokasi-lokasi untuk pengungsian ditentukan berdasarkan rekomendasi Badan Geologi melalui peta KRB yang telah diterbitkan untuk menghindari potensi bencana susulan.
Kepala PVMBG Andiani mengatakan, penentuan lokasi pengungsian didasarkan peta KRB yang sudah dikeluarkan oleh Badan Geologi.
Baca juga: UPDATE: Korban Jiwa akibat Erupsi Semeru Kini 22 Orang, 27 Orang Hilang
Peta tersebut akan dijadikan acuan untuk menentukan lokasi-lokasi yang aman untuk pengungsian.
"Masyarakat juga dapat melihat peta KRB ini melalui aplikasi MAGMA Indonesia dan website PVMBG (vsi.esdm.go.id)," ujar Kepala PVMBG Andiani.
Andiani memprediksi, ke depan masih terdapat potensi bahaya awan panas guguran (APG) dan banjir lahar dingin.
Oleh karena itu Badan Geologi masih terus melakukan pengamatan terhadap aktivitas Gunung Semeru selama 24 jam.
"Potensi terjadinya APG masih ada, tetapi kami sulit untuk menentukan waktu terjadinya, ketika menjelang APG terjadi, kami memiliki alat-alat yang dapat mencatat getaran-getaran, dan setelah alat tersebut mencatat getaran segera kami sampaikan melalui grup WhatsApp untuk segera disebarluaskan kepada masyarakat," beber dia.
Kendati demikian, potensi bahaya banjir lahar bisa saja kembali terjadi.
Karena di daerah hulu atau bagian puncak gunung masih ada material dengan volume yang cukup banyak.
"Sehingga apabila dengan curah hujan yang saat ini masih cukup tinggi, sesuai laporan dari Kepala BMKG tadi, tentunya potensi lahar juga masih tinggi, utamanya adalah pada bukaan kawah yang mengarah ke bagian selatan dan tenggara, di antaranya melalui sungai Besuki-Kobokan," tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.