Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Batik Toeli, Karya Penyandang Tuli yang Tembus Pasar AS Berkat Platform Digital

Kompas.com - 25/10/2021, 22:48 WIB
Khairina

Penulis

SOLO, KOMPAS.com- “Saya penyandang tuli,” kata Dian Prymadika dengan gerakan tangan, saat ditemui di workshop Batik Toeli, Laweyan, Solo, Jawa Tengah.

Dian salah satu karyawan sekaligus inisiator Batik Toeli. Anak muda berusia akhir 20-an ini memiliki banyak talenta. Dia bukan saja jago menggambar dan mendesain batik, Dian juga bisa membatik dengan canthing, mewarna, sampai nglorot alias menghilangkan malam pada kain batik.

“Saya belum bisa batik cap,” ujar Dian, lagi-lagi dengan bahasa isyarat.

Baca juga: Sandiaga Uno Ingin Museum Batik Danar Hadi Jadi Tujuan Utama Wisatawan di Solo

Selain Dian, ada 3 penyandang tuli yang bekerja di perusahaan batik itu. Seperti Dian, ketiganya belajar secara otodidak. Dua di antaranya malah punya keahlian sebagai penjahit.

Maka, mereka berempat kini bersama-sama membesarkan Batik Toeli.

Perusahaan batik yang berdiri pada 2020, tepat saat pandemi melanda ini, menghasilkan berbagai produk batik tulis, seperti hiasan dinding seperti kaligrafi, tote bag, outer, kemeja pria, baju koko, hingga masker. Produknya dijual di kisaran harga Rp 5.000 sampai yang termahal Rp 250.000.

Sejak awal berdiri, Batik Toeli secara konsisten menggunakan platform digital untuk memasarkan produk-produknya. Selain memiliki akun di Facebook dan Instagram, Batik Toeli juga memperkenalkan produknya di beberapa marketplace, salah satunya Tokopedia.

Baca juga: Parade dan Defile Prajurit, Cara Keraton Solo Peringati Hari Batik Nasional 2021

Menurut Manajer Produksi Batik Toeli Muhammad Taufan Wicaksono, pemasaran digital dipilih karena dinilai bisa menjangkau pasar lebih luas. Apalagi, di masa pandemi dengan ruang gerak yang terbatas, masyarakat lebih senang berbelanja secara online.

Selain itu, dengan 4 karyawan yang seluruhnya tuli, sulit untuk melayani konsumen yang membeli langsung ke toko. Itu sebabnya, di workshop Batik Toeli hanya tersedia beberapa contoh produk. Sisanya, dijual secara online.

Strategi pemasaran Batik Toeli terbukti cukup berhasil. Masker karya para penyandang tuli itu terjual sampai Amerika Serikat. Pembeli di negeri Paman Sam itu melihat produk Batik Toeli lewat marketplace dan memesan 200 potong masker. Harganya berkisar antara Rp 20.000-Rp 50.000 per buah.

 

Diskusi dengan bahasa isyarat

Keberadaan Batik Toeli tak lepas dari peran Alpha Fabela Priyatmono, pemilik Batik Mahkota Laweyan Solo. Pria yang juga Koordinator Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan itu berdiskusi dengan Dian, yang bekerja di Batik Mahkota Laweyan sejak 2012.

“Dian berdiskusi dengan Pak Alpha, coba mendirikan batik yang isinya disabilitas tuna rungu, sama seperti Dian,” kisah Taufan.

Sejak awal, Alpha memang tertarik dengan kemampuan Dian. Anak muda itu mulai masuk industri batik setelah sang tetangga membawa hasil gambarnya di selembar kertas.

Nyatanya, Dian memang berbakat. Dengan cepat, dia menguasai berbagai proses membatik, mulai dari menggambar desain secara manual hingga berbagai proses lainnya sampai produk jadi.

Baca juga: Oey Soe Tjoen, Batik Tulis Alus Peranakan Diambang Kepunahan, Satu Kain Dibuat Selama 3 Tahun

Menurut Taufan, Alpha ingin mengembangkan potensi para penyandang tuli, sama seperti Dian. Gayung pun bersambut. Satu per satu, penyandang tuli diajak Dian untuk bergabung di Batik Toeli.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Oknum PNS dan Honorer Selingkuh di Bangka Barat Digerebek Warga, Disanksi dan Berakhir Damai

Oknum PNS dan Honorer Selingkuh di Bangka Barat Digerebek Warga, Disanksi dan Berakhir Damai

Regional
Kemenag Luncurkan Program Senam Haji dan Batik Haji Indonesia di Medan

Kemenag Luncurkan Program Senam Haji dan Batik Haji Indonesia di Medan

Regional
Dimeriahkan Artis Papan Atas, Pemprov Riau Sediakan 150 Stan UMKM Gratis di Gebyar BBI BBWI Riau

Dimeriahkan Artis Papan Atas, Pemprov Riau Sediakan 150 Stan UMKM Gratis di Gebyar BBI BBWI Riau

Regional
Temuan Mayat Perempuan Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Duga Pelaku Orang Terdekat

Temuan Mayat Perempuan Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Duga Pelaku Orang Terdekat

Regional
'Usai Mayat Majikan Berhasil Dievakuasi, Anjingnya Juga Ikut Mati'

"Usai Mayat Majikan Berhasil Dievakuasi, Anjingnya Juga Ikut Mati"

Regional
Lagi, Seorang Petani di Brebes Tewas Diduga Karena Tabrak Lari

Lagi, Seorang Petani di Brebes Tewas Diduga Karena Tabrak Lari

Regional
4.500 Kader Semarakkan Jambore PKK Tingkat Kota Pekanbaru, Tampilkan Inovasi Kartini Masa Kini

4.500 Kader Semarakkan Jambore PKK Tingkat Kota Pekanbaru, Tampilkan Inovasi Kartini Masa Kini

Regional
Dua Truk Tabrakan di Jalan Lintas Sumatera akibat Jalan Berlubang

Dua Truk Tabrakan di Jalan Lintas Sumatera akibat Jalan Berlubang

Regional
9 Wisatawan di Gunungkidul Tersengat Ubur-ubur yang Mendadak Muncul

9 Wisatawan di Gunungkidul Tersengat Ubur-ubur yang Mendadak Muncul

Regional
Mengenal NBDI, Madrasah Peradaban Perempuan Hebat Sasak

Mengenal NBDI, Madrasah Peradaban Perempuan Hebat Sasak

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Mobil Angkutan Terguling di Tanjakan Maluku Tengah, 1 Orang Tewas

Mobil Angkutan Terguling di Tanjakan Maluku Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Regional
Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com