Kebetulan, mereka baru kehilangan pekerjaan di masa pandemi ini.
“Di sini kita sama-sama belajar. Teman-teman belajar produksi batik. Ada yang sudah mahir menjahit kami arahkan di bagian jahit,” ucap Taufan.
Proses diskusi di Batik Toeli dilakukan dengan bahasa isyarat. Menurut Dian, motif dan warna batik yang akan digarap didiskusikan dulu dengan Alpha dan rekan-rekannya yang lebih pengalaman membuat batik.
Menurut Taufan, produk-produk yang dihasilkan Batik Toeli awalnya memanfaatkan kain yang tak terpakai di Batik Mahkota Laweyan. Namun, produk-produk seperti busana muslim, masker, dan produk lainnya mulai mendapat tempat di hati masyarakat.
Bahkan, ada pihak yang berminat jadi reseller produk Batik Toeli.
Dalam sebulan, kata Taufan, paling tidak 50 masker dan totebag terjual. Omsetnya memang belum terlalu besar. Namun, menurut Taufan, semua orang yang berkarya di Batik Toeli tengah berproses dan belajar.
Ke depan, Taufan mengaku akan memperkuat pemasaran secara digital. Dia memulainya dengan memperbanyak stok produk sehingga jika ada pembeli yang berminat, barangnya tersedia dan bisa langsung dikirimkan.
Selain itu, foto produk yang ditampilkan dibuat semenarik mungkin. Dengan demikian, konsumen akan tertarik dan diharapkan memberikan ulasan positif pada toko digital Batik Toeli.
"Kami memang harus serius menggarap digital. Digarap lebih serius lagi," ucap Taufan.
Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Indonesia Wientor Rah Mada mengatakan, rata-rata UMKM yang melakukan digitalisasi sedari awal, kini di masa pandemi omzetnya naik hingga 200-300 persen.
Walaupun ada yang turun omzetnya namun UMKM tersebut tetap mampu bertahan.
"UMKM yang lakukan proses digitalisasi dari awal, omzetnya di beberapa produk tertentu justru naik, walaupun ada yang turun di pandemi tapi itu turunnya 20 persen-50 persen, yang pasti enggak ada yang mati," ujarnya dalam webinar UMKM Nasional, Sabtu (28/9/2021), seperti ditulis KOMPAS.com.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencatat, hingga 21 Agustus 2021 sebanyak 15,3 juta UMKM sudah masuk ke platform digital. Realisasi itu melampaui target tahun ini yang direncanakan 13,7 UMKM masuk ke digital.
Adapun pemerintah menargetkan di 2030 sudah sebanyak 30 juta UMKM yang memasarkan produknya secara digital. Secara bertahap, target di 2022 sebanyak 19 juta UMKM dan 2023 sebanyak 24,5 juta UMKM.
"Sampai minggu ketiga Agustus 2021, itu sudah ada 15,3 juta UMKM dan 142 koperasi yang on board (masuk ke digital). Artinya masih banyak yang harus terdigitalisasi untuk mencapai target di 2030," ungkap Wientor Rah Mada.