Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subsidi Pupuk sampai Rp 30 Triliun Per Tahun, Kenapa Petani Sulit Dapat Pupuk?

Kompas.com - 08/10/2021, 22:30 WIB
Tresno Setiadi,
Dony Aprian

Tim Redaksi

TEGAL, KOMPAS.com - Ketua Umum Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB) Tegal Raya Tafakurrozak menyoroti kenapa petani masih kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.

Disampaikan Rozak, setiap tahun pemerintah menggelontorkan dana hingga Rp 30 triliun untuk subsidi pupuk. Sayangnya, ada yang kurang tepat dalam kebijakan penyaluran subsidi pupuk.

"Subsidi Rp 30 triliun per tahun larinya ke pabrik-pabrik pupuk, bukan ke petani langsung. Petani hanya dapat pupuknya," kata Rozak kepada wartawan di Kota Tegal, Jumat (8/10/2021).

Baca juga: Tak Miliki Kartu Tani Sejak 2015, Petani di Tegal Kesulitan Peroleh Pupuk Subdisi

Untuk itu, Rozak berharap agar pemerintah bisa melakukan evaluasi terhadap program subsidi pupuk agar berjalan efektif dan tepat sasaran.

"Saya dari dulu mengusulkan agar uang itu langsung saja ke kelompok-kelompok petani jangan langsung ke pabrik-pabrik pupuk. Yang untung ya pabrik-pabrik pupuk, bukan petaninya," kata Rozak,

"Subsisi triliunan itu. Pertama pendampingan juga penting. Maka ke depan diharapkan di sini tidak terjadi kelangkaan pupuk. Karena mafianya banyak juga," sambung Rozak.

Dikatakan Rozak, tak hanya infrastruktur, pemerintah juga bisa mengutamakan pembangunan sektor pangan untuk menuju ketahanan pangan nasional.

Menurutnya, pangan adalah komoditi yang sangat penting. Tidak hanya di sektor perikanan dan peternakan, namun juga pertanian.

Katakanlah banyak komoditas pangan tumbuh subur seperti beras, jagung, cabai, bawang merah, dan bawang putih.

"Kita punya sawah yang luas. Namun pemanfaatannya tidak maksimal," kata Rozak.

Baca juga: Choirul Anwar Sulap Limbah Popok Jadi Pot Bunga hingga Pupuk Cair

Rozak mencontohkan, banyak petani padi, jagung hingga bawang putih di Tegal yang cukup produktif.

Namun, karena pemerintah masih sering impor membuat petani lokal kurang sejahtera.

"Misalnya komoditi bawang putih di Desa Tuwel, Kabupaten Tegal yang ada bahkan sejak zaman Belanda, namun kenapa kita masih terus impor 600 ribu ton per semester. Itu membuat petani menjerit. Belum soal beras dan jagung," kata Rozak.

Rozak berharap, Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB) Tegal Raya bisa bekerja membantu petani dan nelayan dalam mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan.

Utamanya bisa dimulai dari daerah masing-masing.

"Harapannya kita bisa berkolaborasi dengan stakeholder untuk bisa mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan di Kota dan Kabupaten Tegal. Bisa optimal dan melahirkan kegiatan, advokasi serta bergerak agar kemandirian petani dan nelayan bisa terwujud," pungkas Rozak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

Regional
Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat 'Video Call' Ibunda

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat "Video Call" Ibunda

Regional
Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com