Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satpol PP Kesulitan Cegah Wisatawan Masuk Yogya Melalui Jalur Tikus di Malam Hari

Kompas.com - 04/10/2021, 15:39 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Satpol PP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kesulitan halau wisatawan yang datang dengan menggunakan bus pariwisata pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu.

 

Kepala Satpol PP DIY Noviar Rahmad menyampaikan, saat akhir pekan banyak wisatawan yang nekat ke lokasi wisata dengan menggunakan bus.

 

Padahal, saat ini di DIY baru sebanyak 7 destinasi wisata yang diperbolehkan buka.

 

"Banyak yang lolos dari penyekatan. Di Gunungkidul sudah dilakukan dengan ketat, mereka masuk melalui jalur tikus, malam hari, atau pagi hari sebelum melakukan penyekatan," kata Noviar ditemui di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (4/10/2021).

Baca juga: Kasus Covid-19 di Kota Yogyakarta Turun, Lampu Jalan Malioboro Kembali Dihidupkan

 

Ia mengungkapkan para wisatawan menggunakan jasa ilegal yang ditawarkan oleh warga hingga pemilik hotel atau pemilik restoran yang menuntun wisatawan ke pintu gerbang lokasi wisata.

 

"Ada juga yang memasukkan pemilik rumah makan atau hotel menuntun mereka (wisatawan) ke pintu gerbang ke lokasi wisata," ujar dia.

 

Dengan kondisi tersebut menurut dia berbahaya mengingat wisatawan yang masuk tidak melalui pemeriksaan sama sekali.

 

Lokasi wisata juga belum mendapatkan sertifikat Cleanliness, Health, Safe, Environment (CHSE).

 

"Sebenarnya itu sangat berbahaya karena tidak ada pemeriksaan sama sekali. Kita berharap pelaku wisata, penjaga jangan masukan wisatawan dulu sebelum ada izin karena kan butuh persiapan seperti CHSE," kata dia.

Baca juga: Pemprov DI Yogyakarta Belum Izinkan Konser Musik dan Resepsi Pernikahan Skala Besar

 

Pol PP DIY tidak bisa memberikan sanksi kepada pengelola-pengelola nakal yang memasukkan wisatawan secara ilegal, lantaran jumlah terlalu banyak dan warga beralasan untuk mencari nafkah.

 

"Karena jumlah terlalu banyak kita kesulitan, ditambah lagi mereka beralasan mencari nafkah jadi kita agak kesulitan," kata dia.

 

Selain itu Noviar mengungkapkan, Pol PP DIY juga memanggil salah satu pengelola restoran yang ada di Gunungkidul. Pemanggilan itu dilakukan karena pengelola restoran karena dikunjungi lebih dari 50 persen dari kapasitas.

 

"Kemarin kita juga panggil pengelola HeHa karena melebihi kapasitas lebih 50 persen kita cek pada aplikasi peduli lindungi. Dua hari kita cek pada hari Sabtu dan Minggu, Sabtu malam itu jam 19.30 WIB, kita cek sudah terisi 550 kemarin siang Minggu ternyata keterisian hampir 800 padahal ketentuan maksimal 50 persen. Ini di Heha Sky View," ungkap dia.

 

Pengelola restoran diberikan peringatan pertama jika minggu depan kembali melanggar pada minggu depan maka akan dilakukan penutupan.

 

"Pengelola datang tadi. Ini kita berikan peringatan pertama, kalau minggu depan melanggar lagi kita tutup. Karena menyebabkan kecemburuan bagi pengelola lainnya," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com