CIANJUR, KOMPAS.com – Puluhan ton ikan di keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mati.
Akibatnya, para petambak ikan diduga mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Seorang petambak ikan, Hendrawan menyebutkan, ikan yang mati diperkirakan mencapai 10 ton, dan terjadi di lima blok tambak ikan, yakni Leuwi Orok, Malingping, Citalang, Cangkali, dan Coklat.
"Di masing-masing blok itu ikan yang mati bisa 2-3 ton. Tapi tidak serentak, kejadiannya sejak seminggu lalu,” kata Hendrawan saat dihubungi Kompas.com via telepon seluler, Senin (27/9/2021).
Menurut Hendrawan, kematian ikan karena fenomena upwelling akibat perubahan cuaca.
“Adanya arus balik di dasar air membuat material seperti sisa pakan dan kotoran yang berada di dasar naik ke atas,” ujar dia.
Baca juga: Gunakan Bom Saat Tangkap Ikan di Perairan Pulau Komodo, 6 Nelayan NTB Ditangkap
Selain itu, debit air yang surut hingga 20 meter serta keberadaan gulma eceng gondong mengakibatkan ikan kekurangan oksigen.
“Ini sebenarnya kejadian tahunan, biasanya akan terus terjadi hingga Desember mendatang,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Cianjur ini.
Untuk mencegah kematian ikan yang lebih banyak lagi, lanjut Hendrawan, sebagian petambak memilih memanen dini dan menunda masa tanam ikan.
Sementara itu, Kepala UPTD Perairan Umum Cianjur Budi Prayatna mengaku telah menerima laporan terkait adanya kematian ikan akibat kondisi cuaca tersebut.
Namun, pihaknya belum bisa memastikan nilai kerugian termasuk jumlah petambak yang terdampak.
“Masih di data di lapangan. Memang, sejak pertengahan September sudah ada laporan,” kata Budi saat dihubungi, Senin.
Budi menyebutkan, perubahan cuaca menjadi penyebab ditambah kondisi air yang surut dan adanya pendangkalan.
“Jarak antar keramba yang idealnya 50 meter, karena air yang surut sekarang jadi berdekatan (sehingga ikan rentan mati),” ujar dia.
Budi mengaku telah berkordinasi dengan para ketua kelompok petambak, dan memberikan arahan.
“Tapi sebenarnya mereka sudah pada tahu apa yang harus dilakukan, karena kondsi ini terjadi tahunan," ucap Budi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.