Pementasan Wayang Topeng Jatiduwur memiliki dua lakon pakem atau cerita asli, "Lakon Patah Kuda Narawangsa" dan "Lakon Wiruncana Murca."
Keduanya menampilkan dua tokoh utama, Panji Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji, dengan latar belakang masa Kerajaan Daha (Kediri) dan Jenggala.
Alur cerita dalam "Lakon Patah Kuda Narawangsa", menggambarkan cerita perjuangan dan pengembaraan Dewi Sekartaji, sebelum akhirnya bertemu dengan Panji Inu Kertapati.
Adapun alur cerita dalam "Lakon Wiruncana Murca", menggambarkan kisah Panji Inu Kertapati untuk memenangkan hati Dewi Sekartaji.
Dalam perjalanan cerita kedua Lakon Pakem, terselip cerita konflik dan perseteruan antara tokoh utama dengan raja dan punggawa dari kerajaan seberang.
Dian Sukarno, budayawan sekaligus penulis Buku Wayang Topeng Jatiduwur dalam Perspektif Sejarah mengungkapkan, cerita Panji menjadi lakon utama dalam pementasan Wayang Topeng Jatiduwur.
Pementasan Wayang Topeng Jatiduwur menampilkan cerita berbeda dengan pagelaran wayang kulit atau wayang orang, yang lazimnya mengangkat cerita Mahabarata dan Ramayana.
Baca juga: Lebih dari 9.000 Anak di Jombang Alami Stunting, Kasus Tertinggi Tersebar di 11 Desa
Menyimak dari jalan cerita dalam pewayangan, dia menduga kesenian tradisional itu lahir pada masa Majapahit, di bawah pimpinan Hayam Wuruk.
Analisis Dian, di antaranya mengacu pada kondisi candi peninggalan Majapahit yang rata-rata bercerita tentang sosok Panji.
Cerita Panji yang menyebar ke berbagai negara di seberang Nusantara hingga Madagaskar, memperkuat analisis Dian tentang masa munculnya kesenian Wayang Topeng Jatiduwur.
"Karena bercerita tentang Panji, diduga Wayang Topeng Jatiduwur itu peninggalan Majapahit. Majapahit waktu Hayam Wuruk pengaruhnya sangat luas dan cerita Panji akhirnya tersebar ke berbagai negara," kata Dian.
Wayang Topeng Jatiduwur telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2018.
Kasi Sejarah dan Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, Anom Antono mengungkapkan, pihaknya terus melakukan berbagai upaya pelestarian agar kesenian tradisional asli Jombang itu terjaga eksistensinya.
Seiring dengan perkembangan zaman yang kian menyisihkan eksistensi kesenian tradisional, pihaknya menyiapkan panggung khusus secara berkala untuk menjaga eksistensi Wayang Topeng Jatiduwur.