Sementara sambal urapan sayur, biasa dibuat dari bahan bawang merah, bawang putih, garam, cabe merah, penyedap rasa, dan parutan kelapa.
Memasaknya dilakukan secara unik, bukan dikukus melainkan dibiarkan mentah. Namun sambal urapan sayur dipanaskan dengan kreweng, semacam tanah liat bentuk persegi dan dibakar sehingga menghasilkan asap, dan itu justru menimbulkan aroma yang cukup sedap.
Dijelaskan nasi boranan muncul sekitar tahun 1945 hingga 1950-an. Saat itu nasi boranan hanya dibuat untuk upacara desa atau hajatan.
Kemudian nasi boranan berkembang dan dijajakan secara turun temurun. Pada umumnya, penjual nasi boranan adalah anak dari penjual nasi boranan sebelumnya.
Bahkan tradisi berjualanan nasi boranan berlangsung hingga generasi ketiga hingga keempat.
Awalnya para penjual berjalan kaki menjajakan nasi dan lauk pauk serta peralatan dagangan yang digendong. Mereka berjualan antar desa dan berhenti di teras-teras rumah warga.
Namun sekitar tahun 1980-an sejak adanya Perumnas Made, penjual nasi baronan mulai mangkal di satu tempat dengan berjajar karena alasan tenaga dan usia.
Baca juga: Sepiring Rabeg Makanan Kecintaan Sultan Banten, tentang Kenangan Kota Kecil di Tepi Laut Merah
Sebagian besar penjual ada warga Dusun Kaotan atau Dusun Sawu yang letaknya dengan dekat dengan perumahan tersebut. Dua dusun terbut masuk kawasan Desa Sumberejo, Kecamatan/Kabupaten Lamongan.
Disebutkan mayoritas Dusun Kaotan tak berkarakter perantau seperti orang Lamongan pada umumnya yang berjualan soto maupun tahu campur di kota-kota besar baik di Jawa atau pun luar Jawa.
Hal tersebut yang membuat nasi baronan banyak ditemukan di Lamongan dan jumlah penjualnya terus bertambah.
Untuk mengapresiasi penjual nasi boranan, lahirlah Tari Boran yang digarap tahun 2006 untuk mengikuti Festival Karya Tari Jawa Timur di Taman Krida Budaya Malang pada 28 Juli 2006.
Baca juga: Cerita di Sepiring Nasi Pecel, dari Suguhan Ki Gede Pemanahan hingga Ditulis di Serat Centhini
Tarian tersebut menggambarkan kehidupan para penjual nasi boran di Kabupaten Lamongan yang menjajakan dagangannya.
Di dalam tarian tersebut digambarkan kesabaran, semangat serta ketangguhan para penjual nasi boran dalam menghadapi ketatnya persaingan dan tantang hidup untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Bahkan pada 14 Agustus 2007, Tari Boran maju ke tingkat nasional dalam cara Parade Tari Nusantara 2007 di TMII Jakarta dan berhasil membawa Piala Bergilir Ibu Tien Soeharto untuk ketiga kalinya.
Hingga saat ini nasi boran tetap bertahan dan menjadi identitas diri masyarakat Kabupaten Lamongan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.