Program lainnya yang dijadikan unggulan bupati yakni reformasi birokrasi.
Program tersebut dinilai tidak ada wujudnya. Sampai saat ini banyak kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang kosong.
Tak sedikit pula pejabat yang berstatus sebagai pelaksana tugas bertahun-tahun.
"Pamekasan sampai dijuluki kabupaten Plt karena tiga tahun banyak OPD yang tidak ada pejabatnya," ungkapnya.
Bahkan, reformasi birokrasi dianggap gagal total.
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang awalnya mendapatkan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP), kini dihapus sehingga pelayanan banyak tidak maksimal.
Baca juga: Ini Dugaan Penyebab Jalan dengan Anggaran Rp 3 Miliar Ambles di Pamekasan
Mahasiswa menyebutkan, pelayanan pencetakan elektronik Kartu Tanda Penduduk yang awalnya tidak ada pungutan, kini diam-diam ASN yang melayaninya menerima pungutan.
"Berbagai macam evaluasi pembangunan itu perlu kami sampaikan. Tapi kalau bupati kabur dan tutup telinga, maka Pamekasan susah untuk maju" tandasnya.
Kegagalan lain atas kinerja bupati saat ini yakni belum bisa mengisi kekosongan jabatan Wakili Bupati yang sudah meninggal 9 bulan yang lalu.
Kekosongan itu membuat banyak program yang dikerjakan sendirian oleh bupati, seperti mengantar beras sendirian menggunakan roda tiga ke rumah-rumah warga.
"Apa pantas Bupati naik roda tiga sendirian mengantarkan beras kemudian disuruh video dan difoto oleh ajudannya. Untuk apa kalau bukan untuk pencitraan murahan," terang Musfik.
Bupati sempat temui massa
Bupati Badrut Tamam sebelumnya sempat menemui massa yang unjuk rasa.
Namun ia hanya menyampaikan pesan singkat sebelum pergi meninggalkan massa.
"Terima kasih atas semua masukannya. Semua masukan akan kami diskusikan dengan pimpinan OPD. Kami paham banyak kekurangan dan sekali lagi kami ucapkan terima kasih," ujar Badrut Tamam yang langsung pergi didampingi Kapolres dan Komandan Kodim Pamekasan.
Setelah ditinggal oleh bupati, massa memilih bertahan di depan rumah dinas bupati hingga sore hari.
Mereka tidak akan membubarkan diri sebelum ditemui bupati. Massa bahkan mendirikan tenda sebagai tempat berteduh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.