Warga di Kampung Patin tidak hanya menjual produk UMKM, pelet, benih, dan ikan segar.
Namun, juga memfasilitasi kegiatan pelatihan pembenihan ikan, cara pembuatan pakan ikan, dan pengolahan ikan.
"Dengan adanya pelatihan ini, orang bisa rutin datang sekaligus beriwisata alam," kata Suhaimi.
Bahkan, sebut Suhaimi, warga yang dari wilayah Sumatera Barat yang berkunjung ke Kota Pekanbaru, terkadang singgah untuk membeli makanan khas berbahan dasar ikan patin.
Suhaimi bersama warga desa lainnya juga melayani konsumen melalui media sosial dan beberapa agen. Bahkan, ia telah menjadi vendor filet ikan patin Aerofood Catering Service (ACS).
Melalui media digital, imbuh Suhaimi, produknya sudah terjual ke Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Bengkulu, Palembang, hingga Jakarta.
Baca juga: Perjuangan Warga Daraman, Mimpi Desa Wisata dan Musibah Tragis
Ia bersama warga desa berhasil menciptakan pasar sendiri.
"Seluruh bahan baku hingga produk yang sudah jadi banyak habis terjual. Bahkan, kalau habis, kita ambil produk dari daerah lain, jadi ada multiplier efek. Semoga nantinya akan ada banyak lagi orang belanja di kampung kami," kata Suhaimi.
Menurut Suhaimi, saat ini Desa Koto Masjid memiliki jumlah penduduk sekitar 2.324 jiwa, dengan jumlah 728 kepala keluarga. Mayoritas bersuku Melayu.
Luas wilayahnya sekitar 425,5 hektare.
Wajar saja mendapat julukan Kampung Patin, karena keberhasilan warganya membudidayakan ikan Patin.
Selain wisata Kampung Patin, Desa Koto Masjid masih punya tempat wisata andalan yang tak kalah menarik, wisata Puncak Kompe, Sungai Gagak, dan Lembah Aman.
Di sejumlah destinasi itu juga tersedia fasilitas penginapan bagi wisatawan.
Ada 18 homestay yang disediakan dan beragam kuliner yang dapat dinikmati oleh para wisatawan yang berkunjung.