Berbekal ponsel baru, malam itu juga ia mengikuti Siboen membuat konten misteri. Live di hutan kawasan desa.
"Malam itu saya langsung dapat memenuhi jam tayang untuk monetisasi, jumlah subscriber juga lumayan. Kebetulan waktu itu dari beberapa teman yang bareng tidak bisa live, hanya saya yang bisa," kata Angger.
Namun waktu itu ia belum bisa mencairkan uangnya. Setelah kurang lebih tiga bulan ia baru mendapat uang pertama dari YouTube.
Sejak saat itu, ia semakin meyakinkan hatinya untuk menjadi seorang YouTuber. Ia juga membuat vlog aktivitasnya berjualan cilok.
"Pagi saya menyiapkan cilok, siang berjualan sambil nge-vlog. Sepulang jualan, malam harinya saya buat konten misteri," ujar Angger.
Baca juga: Dituduh Lakukan Pesugihan, Siboen Akhirnya Membuat Kampung YouTuber (3)
Mulai tahun 2019, ia kemudian beralih membuat konten memasak makanan tradisional.
Konten tersebut berisi kegiatan mencari bahan makanan di hutan dan memasaknya di alam bebas.
"Sejak awal pandemu Covid-19 saya berehnti berjualan cilok dan fokus di YouTube, karena jualannya sepi," kata Angger.
Pembuatan konten itu melibatkan istri dan ibu mertuanya. Bahkan, sesekali anaknya yang masih berusia sembilan tahun juga masuk dalam frame video.
Sang istri, Tarinah (36), seorang mantan TKI ini bertugas sebagai kameramen. Sedangkan ibu mertua bertugas memasak bersama Angger.
Pada sesi akhir video, mereka menyantap bersama makanan tersebut di alam bebas.
Untuk proses editing dilakukan Angger bersama istrinya hanya dengan menggunakan ponsel. Kemampuan tersebut ia dapatkan saat belajar dengan Siboen dan rekan-rekan lain sesama YouTuber.
"YouTuber harus kreatif, harus ditekuni. Seperti orang memelihara kambing, kalau tidak diurus tidak akan menghasilkan keuntungan," kata Angger.
Baca juga: Kisah Ajeng Bertemu Ibu Kandung Setelah 15 Tahun Berpisah
Angger pun menyulap ladang miliknya yang tak terlalu luas menjadi studio alam. Ladang tersebut hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.
Ladang itu ditanami berbagai macam sayuran untuk keperluan pembuatan konten. Di lokasi itu pula ia mengambil video proses memasak dan makan bersama.
"Kadang saya mencari bahan ke kebun orang, kemudian memasak di sini. Dulu sempat juga memasak di pinggir sungai, tapi ibu sudah tidak kuat jalan jauh," ujar Angger.