Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Pedagang Cilok Beralih Jadi Content Creator Berpenghasilan Rp 10 Juta per Bulan (4)

Kompas.com - 08/09/2021, 15:00 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANYUMAS,KOMPAS.com - Kampung YouTuber di Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melahirkan banyak content creator yang sukses.

Cerita sukses itu salah satunya datang dari Sutirwan (45) alias Angger Pradesa, seorang mantan pedagang cilok keliling.

Ia mengawali membuat konten video di Youtube pada 2018. Hingga kini, channel miliknya dengan nama Angger Pradesa telah memiliki lebih dari 100.000 subcriber.

Titik balik perjalannya itu diawali pertemuannya dengan Siswanto (38) alias Siboen Nugroho, pria yang menjadi inisiator Kampung YouTuber.

Baca juga: Kisah Siboen, YouTuber Lulusan SD Berpenghasilan Capai Rp 150 Juta per Bulan (1)

Angger menceritakan, sejak kecil tinggal bersama kakek dan neneknya di pinggir hutan.

Ia terpaksa putus sekolah saat duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD), karena tak punya biaya.

Angger kemudian menjadi penggembala kerbau sambil membantu kakek dan neneknya, termasuk memasak.

Setelah dewasa Angger sempat menjadi penyiar radio amatir di desanya dengan nama udara Angger Pradesa. Ia siaran membawakan acara dangdut selama kurang lebih lima tahun.

"Setelah menikah saya jualan cilok keliling, sekitar tahun 2002. Awalnya dipikul, kemudian pakai gerobak dorong, tapi waktunya habis di jalan, jadi saya kredit motor," tutur Angger.

Ia mengaku, awal ketertarikannya menjadi content creator saat bertemu dengan Siboen.

"Waktu itu saya lagi jualan kehujanan, kemudian berteduh. Saat berteduh itu melihat anak-anak kecil lagi nonton YouTubenya Sibeon, ternyata teman sendiri," kata Angger.

Baca juga: Cerita Siboen, YouTuber Berpenghasilan Rp 150 Juta, Sempat Dikira Pesugihan (2)

Angger mengatakan, sebelumnya Siboen kerap memborong dagangannya untuk membuat konten video. Ia lantas menemui Siboen untuk belajar menjadi YouTuber.

"Saya tertarik menjadi YouTuber untuk menambah penghasilan. Jualan cilok kadang sehari habis, kadang sampai tiga hari, kadang sampai modal habis," ujar Angger.

Namun impiannya menjadi YouTuber terkendala peralatan, karena ia hanya memiliki ponsel jadul tanpa kamera. Ia lantas membobok celengan yang dikumpulkan bertahun-tahun.

"Saya dapat uang sekitar Rp 2 juta. Saya ditemani Mas Siboen membeli ponsel, sampai sana saya sempat termenung karena uangnya kurang. Akhirnya kekurangannya dibayari mas Siboen," kisah Angger.

Berbekal ponsel baru, malam itu juga ia mengikuti Siboen membuat konten misteri. Live di hutan kawasan desa.

"Malam itu saya langsung dapat memenuhi jam tayang untuk monetisasi, jumlah subscriber juga lumayan. Kebetulan waktu itu dari beberapa teman yang bareng tidak bisa live, hanya saya yang bisa," kata Angger.

Namun waktu itu ia belum bisa mencairkan uangnya. Setelah kurang lebih tiga bulan ia baru mendapat uang pertama dari YouTube.

Sejak saat itu, ia semakin meyakinkan hatinya untuk menjadi seorang YouTuber. Ia juga membuat vlog aktivitasnya berjualan cilok.

"Pagi saya menyiapkan cilok, siang berjualan sambil nge-vlog. Sepulang jualan, malam harinya saya buat konten misteri," ujar Angger.

Baca juga: Dituduh Lakukan Pesugihan, Siboen Akhirnya Membuat Kampung YouTuber (3)

Mulai tahun 2019, ia kemudian beralih membuat konten memasak makanan tradisional.

Konten tersebut berisi kegiatan mencari bahan makanan di hutan dan memasaknya di alam bebas.

"Sejak awal pandemu Covid-19 saya berehnti berjualan cilok dan fokus di YouTube, karena jualannya sepi," kata Angger.

Pembuatan konten itu melibatkan istri dan ibu mertuanya. Bahkan, sesekali anaknya yang masih berusia sembilan tahun juga masuk dalam frame video.

Sang istri, Tarinah (36), seorang mantan TKI ini bertugas sebagai kameramen. Sedangkan ibu mertua bertugas memasak bersama Angger.

Pada sesi akhir video, mereka menyantap bersama makanan tersebut di alam bebas.

Untuk proses editing dilakukan Angger bersama istrinya hanya dengan menggunakan ponsel. Kemampuan tersebut ia dapatkan saat belajar dengan Siboen dan rekan-rekan lain sesama YouTuber.

"YouTuber harus kreatif, harus ditekuni. Seperti orang memelihara kambing, kalau tidak diurus tidak akan menghasilkan keuntungan," kata Angger.

Baca juga: Kisah Ajeng Bertemu Ibu Kandung Setelah 15 Tahun Berpisah

Angger pun menyulap ladang miliknya yang tak terlalu luas menjadi studio alam. Ladang tersebut hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.

Ladang itu ditanami berbagai macam sayuran untuk keperluan pembuatan konten. Di lokasi itu pula ia mengambil video proses memasak dan makan bersama.

"Kadang saya mencari bahan ke kebun orang, kemudian memasak di sini. Dulu sempat juga memasak di pinggir sungai, tapi ibu sudah tidak kuat jalan jauh," ujar Angger.

Angger bersama istrinya mengaku sangat bersyukur, meski penambahan jumlah subcriber berjalan lambat, penghasilan dari Youtube lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

"Sekarang rata-rata saya dapat Rp 10 juta per bulan, kadang lebih, kadang juga kurang," kata Angger malu-malu.

Baca juga: Cerita Budi, Pasukan Perdamaian PPB Asal Kalbar Setahun Bertugas di Sudan

Tarinah pun kini mulai mengikuti jejak kesuksesan Angger. Kini Tarinah mulai merintis channel sendiri dengan nama Mawar Mukbang dan Mawar KSG.

"Kontennya isinya makan buah dan lainnya," tutur Tarinah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com