KOMPAS.com - Porang merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada kue, roti, es krim, dan sirup.
Porang pun kini menjadi unggulan. Presiden Joko Widodo menilai, porang sebagai produk menjanjikan dan memiliki masa depan cerah.
Beberapa tahun terakhir, tanaman porang menjadi primadona baru. Bahkan porang mampu memicu gairah anak-anak muda atau milenial untuk ikut menggeluti bidang pertanian, terutama untuk jenis tanaman ini.
Baca juga: Strategi Petani Cianjur Mengolah Umbi Porang Menjadi Chips
Dikutip dari Indonesia.go.id, sekarang porang tak lagi hanya berkembang di Jawa Timur, melainkan merambah ke Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, bahkan ke luar Jawa.
Pesatnya perkembangan lahan produksi porang tersebut, boleh jadi, karena iming-iming keuntungan dan kemudahan dalam hal proses penanaman.
Selain tahan hama, porang juga mudah hidup di tanah yang tidak produktif. Misalnya, di bawah pohon-pohon besar atau rumpun bambu.
Perawatannya pun tidak serumit tanaman lain, bahkan tak butuh penyiraman. Kebutuhan akan air hanya mengandalkan curahan air di musim penghujan.
Baca juga: Banyak Petani Merana karena Harga Porang Anjlok
Dengan harga umbi produksi sekilo Rp 7.000, mereka bisa memperoleh kurang lebih Rp 35 juta – Rp 40 juta dalam sekali panen.
Yoyok Triyono, salah satu petani muda, merupakan petani porang generasi ketiga di rumahnya yang terletak di Madiun, Jawa Timur.
Ia mengikuti jejak kakek dan ayahnya untuk menjadi seorang petani.
Baca juga: Cerita Petani Porang di Cianjur, Raup Untung Besar Saat Panen
Ketika berdialog dengan Presiden Joko Widodo, Yoyok bercerita mengenai bagaimana menggiurkannya prospek bercocok tanam umbi-umbian yang sedang naik daun tersebut. Kini, anak-anak muda di Madiun pun menaruh minat untuk menggelutinya.
“Petani milenial, petani muda banyak di desa kami—mungkin di wilayah Madiun. Kalau zaman dulu lulus sekolah cari kerja di kota, tapi sekarang tidak Pak. Mereka lulus sekolah jadi petani porang, tiga tahun berjuang bertani porang, setelah tiga tahun bawa pulang mobil,” ujar Yoyok bercerita.
Yoyok baru mulai menanam porang sejak 2010.
Awalnya dia hanya memiliki lahan seluas 0,3 hektare, warisan dari ayahnya. Sekarang, luas lahan yang dimilikinya telah mencapai 3 hektare.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.