CIANJUR, KOMPAS.com - Budidaya porang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menggeliat dalam kurun waktu setahun terakhir.
Para petani pun telah merampungkan masa panen tahun ini dengan hasil yang memuaskan.
Untuk luas lahan 1 hektar, mereka bisa menghasilkan 30 hingga 40 ton umbi basah.
Alhasil, para petani porang di Cianjur mampu mendulang keuntungan berlimpah.
Yandi Setiandi (38), seorang petani porang menyebutkan, dari 6 hektare lahan yang ditanami porang, bisa menghasilkan 200 ton umbi basah.
Capaian hasil panen ini diakui Yandi jauh melebihi target.
"Untuk bobot per umbinya pun cukup memuaskan, bahkan bisa sampai ada yang mencapai 8 kilogram," kata Yandi kepada Kompas.com, Minggu (29/8/2021).
Baca juga: Jokowi Yakin Porang Jadi Pangan Masa Depan, Begini Penjelasan Pakar IPB
Yandi dan petani lain yang terhimpun dalam Gapoktan Silih Asih ini memasok hasil panen ke wilayah Semarang, Jawa Tengah, dan Madiun, Jawa Timur.
Agar keuntungan yang didapat bisa berlipat ganda, Yandi menjual umbi porang dalam bentuk cip atau irisan tipis ukuran 0,5 sentimeter.
“Harganya bisa Rp 60.000 per kilogram. Kalau masih umbi basah itu per kilogramnya Rp 7.000, kendati tentunya ada penyusutan ya dalam proses pengolahan dari umbi ke cip. Namun, tidak terlalu kentara, masih tetap ekonomis,” tutur Yandi.
Selain menjual dalam bentuk cip, Yandi juga menjual bibit katak dengan harga jual per kilogramnya sebesar Rp 250.000.
“Estimasi omzet dari modal Rp 100 juta per hektar itu bisa dapat Rp 200 juta, belum lagi dari hasil kataknya,” ujar dia.
Pengusaha material ini memutuskan menjadi petani porang karena melihat potensi dan nilai ekonomis yang sangat tinggi dari tanaman dengan nama ilmiah Amorphophallus muelleri ini.
“Sebenarnya ini bukan budidaya baru ya, apalagi di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi memang kalau di Jawa Barat, khususnya di Cianjur ini, gaungnya baru sekarang saja,” kata Yandi.
Menurut Yandi, di Cianjur jumlah petani porang berdasarkan data Perhimpunan Petani Porang Nusantara (P3N) tercatat sebanyak 200 orang.
“Kalau total luasannya sekitar seratusan hektar lebih. Dalam setahun terakhir ini memang trennya sedang naik yah, banyak petani yang beralih ke tanaman ini,” ucap dia.