Seragam
Teti dan Putri saat ini mulai masuk sekolah tatap muka. Teti kelas 3 SD dan Putri mulai bersekolah kelas 1 SD.
Satu hari sebelum sekolah tatap muka dimulai, Putri belum memiliki seragam.
Teti mempunyaii seragam bekas, tapi sudah lusuh dan juga ukurannya terlalu kecil untuk Putri. Sementara Putri tidak punya seragam sama sekali.
Akhirnya Putri berencana bergantian menggunakan seragam dengan Teti.
"Pakai baju muslim saja atau nanti kalau kakak sudah pulang sekolah, bajunya gantian aku pakai," kata Putri.
Selain seragam, mereka juga belum punya perlengkapan sekolah lainnya seperti buku hingga sepatu.
Bersyukur, kesulitan yang dialami anak-anak Tanto ini ternyata didengar oleh komunitas relawan.
Minggu pekan lalu, ada relawan yang membelikan seragam untuk Teti dan Putri sehingga mereka tidak perlu bergantian menggunakan seragam yang sama.
Abang pakai seragam SMP
Ayah kedua bocah ini, Tanto mengatakan, tidak punya biaya untuk membeli seragam baru.
Selain untuk Teti dan Putri, Tanto juga tengah mencari seragam untuk Bagas, anak laki-lakinya yang mulai masuk sekolah SMK.
Bagas sempat masuk sekolah pada Kamis, 19 Agustus, tapi menggunakan seragam SMP karena belum punya seragam putih abu-abu.
Tanto sudah berkeliling kampung mencari seragam bekas dari warga lain yang bisa dipakai Bagas. Namun, hasilnya nihil.
Keinginannya untuk beli seragam baru dirasa tidak memungkinkan karena hanya punya uang Rp 100.000 yang merupakan uang terakhir untuk membeli makan satu keluarga, setidaknya harus cukup dalam tiga hari ke depan.