Salin Artikel

Diejek Miskin dan Tinggal di Kolong Jembatan, Bocah SD Ini Tak Malu dan Tetap Semangat Bersekolah

Teti dan dan Putri merupakan anak penambal perahu bernama Tanto Gunawan (47). Tanto berjuang menyekolahkan anak-anaknya meski serba kekurangan. 

Teti bercerita, dirinya beberapa kali diledek oleh temannya karena pernah tinggal di tenda pinggir laut.

Saat sekolah normal sebelum pandemi pada 2018, Teti masih kelas satu SD.

Teti bercerita pernah diejek temannya tidak punya rumah. Adapun sebelum 2018, Teti dan keluarganya memang tinggal di tenda di sekitar laut.

Kemudian pada 2018, keluarga Teti dibantu oleh komunitas relawan mendirikan rumah permanen di Desa Bayah Barat.

"Diejek enggak punya rumah, tinggal di tenda, aku diam saja," ujar Teti, saat ditemui Kompas.com di kediamannya didampingi sang ayah, Minggu (22/8/2021).

Ejekan itu, kata Teti, tidak menyurutkan niatnya untuk tetap bersekolah.

Teti juga tidak pernah mengeluh saat kaki kecilnya menyusuri jalanan di pinggir laut dan melintasi jembatan seorang diri untuk pergi ke SD Bayah.

Dia malah riang gembira pergi dan pulang sekolah seorang diri.

Teti sangat ingin bersekolah karena di sana dia bisa bertemu banyak teman serta belajar banyak hal baru.

Walaupun di sekolah dia juga jarang jajan, karena ayahnya Tanto tidak punya uang cukup selain untuk makan sehari-hari.

Saat sudah pindah ke rumah permanen, Teti juga masih diejek oleh teman sebayanya di kampung. Mereka masih mengatakan Teti tinggal di kolong jembatan.

"Tapi aku mah enggak malu, betah tinggal di sini," kata dia.

Rumah yang dibangun untuk keluarga mereka memang berada di pinggir jembatan Bayah Dua. Akses ke rumah tersebut harus melalui kolong jembatan.

Seragam

Teti dan Putri saat ini mulai masuk sekolah tatap muka. Teti kelas 3 SD dan Putri mulai bersekolah kelas 1 SD.

Satu hari sebelum sekolah tatap muka dimulai, Putri belum memiliki seragam.

Teti mempunyaii seragam bekas, tapi sudah lusuh dan juga ukurannya terlalu kecil untuk Putri. Sementara Putri tidak punya seragam sama sekali.

Akhirnya Putri berencana bergantian menggunakan seragam dengan Teti.

"Pakai baju muslim saja atau nanti kalau kakak sudah pulang sekolah, bajunya gantian aku pakai," kata Putri.

Selain seragam, mereka juga belum punya perlengkapan sekolah lainnya seperti buku hingga sepatu.

Bersyukur, kesulitan yang dialami anak-anak Tanto ini ternyata didengar oleh komunitas relawan.

Minggu pekan lalu, ada relawan yang membelikan seragam untuk Teti dan Putri sehingga mereka tidak perlu bergantian menggunakan seragam yang sama.

Abang pakai seragam SMP

Ayah kedua bocah ini, Tanto mengatakan, tidak punya biaya untuk membeli seragam baru.

Selain untuk Teti dan Putri, Tanto juga tengah mencari seragam untuk Bagas, anak laki-lakinya yang mulai masuk sekolah SMK.

Bagas sempat masuk sekolah pada Kamis, 19 Agustus, tapi menggunakan seragam SMP karena belum punya seragam putih abu-abu.

Tanto sudah berkeliling kampung mencari seragam bekas dari warga lain yang bisa dipakai Bagas. Namun, hasilnya nihil.

Keinginannya untuk beli seragam baru dirasa tidak memungkinkan karena hanya punya uang Rp 100.000 yang merupakan uang terakhir untuk membeli makan satu keluarga, setidaknya harus cukup dalam tiga hari ke depan.

Tanto bercerita, sebagai buruh penambal perahu, dia tidak bisa mendapatkaan uang setiap hari.

Upahnya biasa dibayar per tiga hari atau bahkan seminggu ketika pekerjaan menambal perahu selesai.

Itu pun tidak setiap hari pekerjaan didapat. Bayarannya bervariasi mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 300.000 untuk satu pekerjaan.

Uang tersebut harus dicukupkan untuk kehidupan sehari-hari.

Rumah yang ditempatinya saat ini juga didirikan oleh relawan dari Respek Peduli Lebak.

Bertahun-tahun Tanto sempat tinggal di sebuah tenda dari terpal di dekat dermaga pelelangan ikan Bayah.

"Terpaksa tinggal di sana karena tidak ada rumah. Mau ngontrak enggak ada uang," kata Tanto.

Walaupun hidup jauh dari kata cukup, Tanto tetap mendahlukan pendidikan anak-anaknya.

Saat tinggal di tenda, Bagas tetap melanjutkan sekolah hingga lulus SD dan melanjutkan ke SMP.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/24/053000378/diejek-miskin-dan-tinggal-di-kolong-jembatan-bocah-sd-ini-tak-malu-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke