Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga di Maluku Jadikan Dugong yang Terdampar sebagai Santapan, Begini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 21/08/2021, 07:24 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Bisa saja terpapar zat kimia

Ia pun mengaku sangat prihatin dengan peristiwa yang terjadi di Pulau Kelang, apalagi dugong merupakan satwa yang dlindungi oleh negara.

Selain itu hal yang paling dikhawatirkan, dugong yang mati terdampar di Pulau Kelang itu bisa saja telah terkontaminasi zat kimia.

Menurutnya ada banyak alasasan atau penyebab yang mengakibatkan dugong itu terdampar dan mati.

Bisa saja karena dugong itu kehabisan makanan dan pergi mencari makanan di luar habitatnya hingga terjebak air surut, bisa juga karena dugong itu terkontaminasi zat kimia hingga mengonsumsi sampah yang mengandung racun.

“Jadi yang sangat dikhwatirkan itu kalau warga menganggap itu obat tapi ternyata dugong itu mati karena terpapar zat kimia itu malah akan membahayakan warga itu sendiri,” ungkapnya.

Ia juga berpendapat harusnya warga menguburkan dugong yang mati terdampar itu dan tidak mengonsumsinya, sebab bisa saja daging dugong yang dikonsumsi malah akan menjadi bibit penyakit bagi warga.

“Harusnya dikubur saja itu lebih baik daripada dikonsumsi karena risikonya besar,” katanya.

Baca juga: Jangan Tertukar Lagi, Ini Beda Dugong, Pesut dan Lumba-lumba

Satwa dilindungi

Dugong sendiri merupakan jenis mamalia yang dilindungi di Indonesia.

Perlindungan terhadap satwa tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 106 Tahun 2018 dan sejumlah undang-undang lainnya, salah satunya undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seto Somar mengaku, sebagai satwa yang dilindungi negara, warga di Pulau Kelang seharusnya tidak memotong dan mengonsumsi dugong yang mati terdampar.

Menutnya warga harusnya menyadari bahwa mengkonsumsi dugong yang mati terdampar sangat berisiko terhadap kesehatan dan bukan sebaliknya.

“Seharusnya warga tidak harus memotong dugong untuk dikonsumsi karena selain satwa ini dilindungi kita juga harus tahu dulu penyebab satwa itu terdampar dan mati jangan sampai dugong itu sakit atau terpapar zat kimia,” katanya.

Baca juga: Tukang Becak Bunuh Kekasihnya, Kapolres: Kesal Korban Sering Mandi Malam

Menurutnya jika dugong yang terdampar mati di Pulau Kelang itu terpapar penyakit atau zat kimia maka hal itu justru akan lebih membahayakan kesehatan warga.

“Karena itu bisa menyebabkan penularan penyakit dari satwa ke manusia itu yang harus diwaspadai itu yang bahaya, kan pasti terdampar itu ada penyebabnya bisa saja konsumsi zat kimia dan sebagainya,” katanya.

BKSDA Maluku sendiri sangat menyayangkan keputusan warga di Pulau Kelang untuk memotong-motong dan mengkonsumsi dugong yang mati terdampar tersebut.

Ia berharap ke depan warga bisa lebih bijak.

“Kalau ada kasus seperti itu lagi tolong laporkan ke petugas, pemda kalau bisa ditanam jangan sampai jadi sumber penyakit, kalau ditemukan hidup bisa dibantu untuk dibawa ke laut yang lebih tenang untuk dilepsliarkan,” imbaunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com