Pertempuran TRI dan NICA diketahui dari catatan prajurit Belanda
Elvian menuturkan, pertempuran antara pasukan TRI dan pasukan sekutu dan NICA Belanda di KM 12 Petaling, menyebabkan jatuhnya korban pada kedua belah pihak.
Jumlah korban di pihak tentara sekutu dan NICA dalam versi Belanda disebut peristiwa KM 11 dapat diketahui dari catatan Vol. K. Van Emmerik, Private first class 5th company III (7) Battalion Regiment Stoottroepen.
Catatan itu mengisahkan sebuah pendaratan pasukan di Bangka yang kemudian bergerak ke Pangkalpinang lewat jalur darat (Landing on Banka, From Muntok to Pangkalpinang).
“Catatan itu menyebut mereka kelelahan dan melintas pembawa tandu mengangkat seseorang bernama Limburgers, tewas dengan luka yang mengerikan. Dan di balik truk tampak korban lain tergeletak,” ungkap Elvian.
Pasukan Sekutu – NICA, kata Elvian, melanjutkan perjalanan menuju Pangkalpinang. Di sepanjang jalan pasukan menyaksikan bendera merah putih yang dikibarkan masyarakat setempat.
“Mereka sadar, telah memasuki tempat pemerintahan Indonesia di pulau Bangka. Pangkalpinang kota yang kaya dengan bangunan-bangunan gaya Eropa. Pasukan NICA bermarkas di sebuah bangunan besar bekas rumah dinas perusahaan tambang Timah, BTW. Walaupun tinggal di kota, di gedung yang bagus, tetapi mereka harus selalu waspada setiap detik. Bahkan sepuluh hari pertama, berganti bajupun tidak bisa,” ujar Elvian yang juga penulis buku Kampoeng di Bangka.
Ada pun kisah heroik 12 prajurit TRI yang gugur diabadikan menjadi nama sebuah jembatan yang dikenal dengan nama Jembatan 12.
Jembatan ini menghubungkan pusat kota dengan permukiman padat penduduk di Pangkalpinang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.