Kunci utama dalam kesuksesan itu adalah komunikasi dan sikap telaten, serta kekompakan tiap perangkat desa dan pihak terkait.
Sehingga, hanya butuh dua hari untuk menginjeksi vaksin kepada seluruh penduduknya untuk dosis I, dan dua hari pula saat injeksi dosis II. Dalam sehari, dilakukan vaksinasi dua tahap dengan tetap menerapkan prokes.
Dia bersama tokoh sesepuh Suku Tengger Supoyo, perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Desa, ketua RT/RW, telaten melakukan sosialisasi tanpa kenal lelah. Rasa lelah hilang karena pemerintah desa ingin masyarakatnya sehat semua.
“Jadi kami melakukan sosialisasi mulai RT 1 hingga RT 21. Kita telaten membujuk warga. Warga pun divaksin tidak terpaksa. Masyarakat punya kesadaran,” tutur Sri kepada KOMPAS.com.
Awalnya, lanjut Sri, saat penyuntikan dosis pertama, banyak masyarakat yang takut divaksin karena melihat berita di TV ada warga yang meninggal dunia setelah divaksin.
Pihaknya terus meyakinkan dan membujuk warga kalau vaksin itu aman.
Setelah suntik vaksin dosis pertama kala itu, banyak masyarakat yang langsung berminat untuk divaksin karena tidak ada gejala berarti yang timbul.
Pada dosis I semua masyarakat sehat, keluhannya hanya linu dan demam tiga hari. Lalu konsultasi pada Dinas Kesehatan, dan masyarakat memahami.
Tak hanya itu, pemerintah desa juga menghadapi serangan hoaks tentang vaksin Covid-19. Serangan itu direspon dengan komunikasi dan sikap telaten terhadap masyarakat.
Masyarakat terus didekati dengan informasi yang benar. Bahwa vaksin untuk membentuk herd immunity, dan melawan virus corona ketika masuk ke dalam tubuh.
“Dengan pendekatan terus menerus, telaten, seluruh warga akhirnya tergerak tanpa paksaan untuk divaksin. Tingkat kesadaran warga tentang kesehatan di masa pandemi juga cukup tinggi. Karena dampak dari pandemi ini sangat terasa,” jelas Sri.
Selama pandemi, penduduk Ngadisari yang tak sedikit mencari penghidupan dari sektor pariwisata, merasakan dampaknya. Kunjungan wisatawan turun drastis sejak ada pembatasan sosial.
Masyarakat Ngadisari pun sadar, bahwa mereka berisiko tinggi terpapar wabah karena desanya didatangi wisatawan yang hendak ke Bromo.
Sri berharap, masyarakat sehat semua, tidak terpapar corona usai divaksin. Ekonomi dan wisatanya bisa dibuka kembali, karena banyak warga Ngadisari berprofesi sebagai sopir jip dan pelaku wisata. Warga Desa Ngadisari dan wisatawan bisa saling menjaga, karena sama-sama divaksin.
“Terima kasih kepada masyarakat Ngadisari. Masyarakat mau divaksin bukan paksaan, melainkan karena kesadaran dan minat sendiri. Yang jelas seluruh warga Ngadisari yang bisa divaksin, telah tervaksin 100 persen. Ada sebagian kecil yang akan disuntik dosis II pada Senin (16/8/2021),” jelas Sri.