Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan, Pesanggrahan Menumbing memiliki nilai sejarah tinggi karena pernah menjadi lokasi pengasingan Mohammad Hatta.
Ketika itu pada 22 Desember 1948, para pendiri bangsa tiba di Bangka Barat.
Kehadiran tokoh proklamator dan kawan-kawan sebagai buntut dari Agresi Militer Belanda II yang berhasil menguasai pusat pemerintahan republik di Yogyakarta.
“Selain Bung Hatta, ada A Gafar Pringgodigdo, Mr Assa'at dan Commodor Suryadarma. Kemudian menyusul Ali Sastroamidjojo dan Mr M Roem diasingkan di sini,” kata Elvian.
Baca juga: Mengenang Perjalanan Rahmi Hatta Mendampingi Bung Hatta
Seiring kedatangan para tahanan politik tersebut, maka fungsi Pesanggrahan Menumbing pun ikut berubah.
Bahkan Belanda sempat membuat jeruji berukuran 4 x 6 meter yang diyakini sebagai tempat menahan Bung Hatta dan rekan-rekannya.
“Sketsa dari jeruji atau kerangkeng tersebut masih bisa dilihat, dipajang berdampingan dengan sketsa bangunan pesanggrahan ini,” ujar Elvian.
Penahanan Bung Hatta dan tokoh lainnya di dalam jeruji dinilai sebagai bentuk kekhawatiran Belanda, sebab dukungan masyarakat setempat terhadap para pendiri bangsa tersebut sangat tinggi.
Masyarakat juga sangat antusias atas informasi kemerdekaan yang telah dikumandangkan melalui proklamasi 17 Agustus 1945.
“Sehingga bisa saja ada kelompok masyarakat yang membantu melarikan para tokoh tersebut. Karena di Sumatera Utara, pengasingan Bung Karno dipindahkan karena ada masyarakat yang ingin membebaskan beliau,” ujar Elvian.
Baca juga: Cerita Filatelis Buru Prangko Bung Karno dan Bung Hatta
Menurut Elvian, penahanan menggunakan kerangkeng tidak berlangsung lama.
Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tergabung dalam Komisi Tiga Negara (KTN) datang ke Pesanggrahan Menumbing untuk berdialog dengan Bung Hatta.