Mengabdi sebagai dokter
Soetomo berhasil menyelesaikan pendidikannya di STOVIA pada 1911.
Selepas itu, ia ditempatkan di sejumlah kota, di antaranya Semarang, Tuban, dan beberapa kota lainnya.
Hingga pada akhirnya Soetomo ditunjuk sebagai dokter dan guru di Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS) atau sekolah dokter di Surabaya pada 1923.
Baca juga: Kisah Kapal Rampasan Berubah Jadi Pahlawan, Membawa Vaksin Menembus Pedalaman
Menurut Amin, semasa hidupnya dokter Soetomo tidak pernah membuka praktik di tenah kelahirannya di Desa Ngepeh Nganjuk.
“Kalau dari catatan sejarah tidak ada (tidak pernah membuka praktik di Desa Ngepeh). Jadi sesuai dengan tugas penempatan pada saat itu,” ungkap Amin.
“Karena dokter pribumi, berarti harus tunduk dengan peraturan itu, sehingga melaksanakan tugasnya sesuai dengan penempatan-penempatan yang sudah ditunjuk oleh (pemerintah kolonial) Belanda,” lanjut dia.
Baca juga: Dituding Serobot Makam Pahlawan, Warkop Pasutri Korban Penganiayaan Satpol PP Ditutup
Soetomo wafat pada 30 Mei 1938 di Surabaya. Untuk mengenang jasanya, ia dimakamkan di halaman Gedung Nasional Indonesia (GNI) Bubutan, Surabaya.
Soetomo diberi gelar pahlawan nasional pada 1961.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.